Selasa, 05 Juni 2012

Anak Berkebutuhan Khusus / ABK


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan belajar dan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain.
Anak luar biasa disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun ketika mereka ini diinterasika bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam system pendidikan reguler. Ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, untuk itu dalam bab ini secara lebih rincinya akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus dengan gangguan mental rendah, gangguan motorik dan gangguan mental tinggi. Mengapa tidak disebut sebagai anak dengan problema belajar pada dasarnya adalah suatu keadaan kesulitan pada diri anak untuk melakukan penyesuaian dalalm belajar akibat adanya faktor tertentu. Dan faktor itu diantaranya adalah karena adanya kondisi kecacatan, kelainan atau keluarbiasaan.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka terdapat beberapa rumusan masalah,yaitu :
1)     Bagaimana klasifikasi ABK dengan gangguan mental rendah atau Tunagrahita?
2)     Apakah faktor yang menyebabkan tunagrahita?
3)     Bagaimana klasifikasi ABK dengan gangguan motorik?
4)     Apakah faktor yang menyebabkan tunadaksa?
5)     Bagaimana klasifikasi ABK dengan gangguan mental tinggi?
6)     Apakah faktor yang menyebabkan gifted and talented itu?

3.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diataranya agar mahasiswa dapat mengetahui  pengertian ABK, klasifikasi ABK dengan Gangguan Mental Rendah atau Tunagrahita, aktor-faktor yang menyebabkan tunagrahita, ciri-ciri fisik dan penampilan anak tunagrahita, kebutuhan pembelajaran anak tunagrahita, klasifikasi ABK dengan Gangguan Motorik atau Tunadaksa, ciri-ciri anak tunadaksa, kebutuhan pembelajaran anak tunadaksa, klasifikasi anak tunadaksa, faktor penyebab tunadaksa, klasifikasi ABK dengan Gangguan Mental Tinggi, ciri-ciri anak cerdas istimewa, kebutuhan pembelajaran anak cerdas istimewa dan bakat istimewa.











BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ABK
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.

B. Klasifikasi ABK dengan Gangguan Mental Rendah atau Tunagrahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Tunagrahita atau Retardasi Mental berarti keterbelakangan mental. Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) Mendefinisikan tungrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh daya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Sehingga dapat diketahui tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual dibawah rata-rata. Anak yang menderita tunagrahita kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Seseorang dapat diukur tingkat kecerdasannya melalui tes intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quitient). Klasifikasi ABK dengan gangguan mental rendah (Tunagrahita) berdasarkan skor IQ sebagai berikut:
1.      Tunagrahita ringan memiliki IQ 50-70 (Mild atau Debil atau Moron atau Mampu Didik)
Anak tunagrahita ringan atau mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain membaca, menulis, dan berhitung, serta kepentingan kerja dikemudian hari.
2.      Tunagrahita sedang memiliki IQ 25-50 (Imbecile atau Moderate atau Mampu Latih)
Anak tunagrahita sedang atau mampu latih (imbecile) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedimikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, ada beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan, seperti belajar mengurus diri sendiri misalnya mandi, belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya, dan mempelajari kegunaan ekonomi dimanapun ia berada.
3.      Tunagrahita berat memiliki IQ dibawah 25 (Idiot atau Mampu Rawat)
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. 

Faktor-faktor yang Menyebabkan Tunagrahita 
Menurut Kaplan 1997 gangguan mental rendah atau tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa factor, yaitu:
1.      Genetik (Kromosom Bawaan), meliputi:
a.       Sindroma down (mongoloid) dengan karakteristik mata yang sipit, dan hidung yang pesek. Faktor penyebab dalam gangguan kromosom, diantaranya yaitu bertambahnya usia ibu, dan radiasi sinar-X. Orang dengan sindroma down menunjukkan pemburukan yang jelas dalam bahasa, daya ingat, keterampilan merawat diri sendiri, dan memecahkan masalah dalam usia 30 tahunan.
b.      Sindroma X rapuh merupakan penyebab tunggal kedua pada tunagrahita. Sindroma ini disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai tempat rapuh. Ciri yang terlihat adalah kepala yang besar dan panjang dan perawakan pendek. Ciri perilaku orang dengan sindroma ini adalah tingginya angka hiperaktivitas dan gangguan belajar.
c.       Sindroma Prader-Willi, merupakan akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15. Orang-orang dengan sindroma ini menunjukkan perilaku makan yang terlalu dan seringkali obesitas, tunagrahita,  perawakan pendek, hipotonia, tangan dan kaki yang kecil.
d.      Sindroma tangisan kucing (cat cry syndrome). Anak-anak dengan sindroma ini kehilangan bagian kromosom 5. Mereka seringkali mengalami penyimpangan kromosom, seperti telinga yang letaknya rendah, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing yang karakteristik disebabkan oleh kelainan laring, dan sindroma ini menghilang seiring dengan bertambahnya usia.
2.      Faktor genetik lain, meliputi:
a.       Femilketonuria (PKU), merupakan gangguan metabolisme bawaan. Sebagian besar pasien ini mengalami tingkat keparahan tunagrahita yang berat, tetapi beberapa dilaporkan mengalami kecerdasan yang normal. Gambaran anak dengan PKU adalah hiperaktif  dan menunjukkan gerakan yang aneh pada tubuhnya dan memuntir tangan, perilaku mereka terkadang menyerupai anak yang autis. Komunikasi verbal dan nonverbal  biasanya terganggu.
b.      Gangguan Rett, merupakan sindroma tunagrahita dominan terkait-X yang degeneratif dan hanya mengenai wanita. Pemburukan keterampilan komunikasi perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada usia 1,5 tahun.
c.       Neurofibromatosis, merupakan sindroma neurokutaneus yang paling sering disebabkan oleh gen dominan tunggal. Gangguan ini mungkin diturunkan, atau mungkin juga karena mutasi gen yang baru.
d.      Sklerosis tuberosis merupakan sindrom neurokutaneus yang kedua. Angka autisme yang lebih tinggi dibandingkan gangguan intelektual akan menyebabkan orang memperkirakan gangguan ini. 
e.       Sindroma Lesch-Nyhan, merupakan suatu gangguan yang jarang disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme urin. Sindroma ini disertai dengan menggigit mulut dan jari-jari. 
f.       Adrenoleukodistrofi, menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, dan perkembangan menuju kematian.
g.      Penyakit urin sirup maple, gejala klinis dari penyakit urin sirup maple tampak selama minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami  kejang, iregularitas pernapasan, dan hipoglikemia. 
h.      Gangguan defisiensi enzim lain. 
1)      Pada masa sebelum kelahiran (pra-natal)meliputi:
a)      Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama  tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal..
b)      Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit ini  seringkali memiliki klasifikasi serebral,  atau hidrosefalus.
c)      Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan pada keturunannya, termasuk tunagrahita.
d)     Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya. Penyakit ini menyebabkan tunagrahita ringan atau berat, dan pada kasus yang berat, meyebabkan hidrosefalus dan kejang. 
e)      Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering adalah selama kelahiran.  
f)       Sindroma AIDS, menyebabkan banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah lahir cukup bulan karena terjadi lahir mati dan abortus spontan.
g)      Sindroma alcohol janin, seringkali, anak yang terkena, mengalami gangguan belajar dan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas. 
h)      Pemaparan zat prenatal, pemaparan prenatal seperti heroin, oplate, seringkali menyebabkan seorang bayi yang kecil untuk usia kehamilannya, dengan lingkaran kepala di bawah persentil ke-10.
i)        Penyulit kehamilan, toksemia pada kehamilan dan diabetes maternal yang tidak terkendala memberikan bahaya bagi janin dan kadang-kadang menyebabkan tunagrahita. 
2)      Pada saat kelahiran (perinatal) tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir premature.
3)      Pada saat setelah lahir (post-natal) penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi (kekurangan gizi), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan kecacatan mental.
4)      Faktor Sosiokultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia. Tunagrahita biasanya secara bermakna menonjol di antara orang kelompok sosioekonomi rendah dan banyak saudaranya yang terkena tunagrahita. Kehamilan pada remaja juga sering menjadi penyebab tunagrahita.

C. Klasifikasi ABK dengan Gangguan Motorik
Gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah (overflow movements) misalnya ketika anak menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja. Berbagai gejala gangguan perkembangan motorik anak dapat dikenali pada saat anak berolahraga, menari, atau menulis. Anak dengan gangguan motorik ini biasanya dikenal dengan Tunadaksa. Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh 
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Mereka mengalami kelainan gerak karean kelayuhan otot atau gangguan syaraf otak (disebut Cerebral Palsy/ CP), kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik, tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedangkan yang memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Pengertian anak tunadaksa dapat dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.
Dari segi fungsi fisiknya, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya terganggu sehingga mengalami kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan pendidikan khusus.
Peristilahan dalam kelumpuhan dibagi menurut daerah kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua anggota gerak bawah disebut paraparalise.
1.      Ciri-ciri anak tunadaksa:
a.       Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
b.      Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa)
c.       Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/ tidak terkendali, bergetar)
d.      Terdapat cacat pada anggota gerak.
e.       Anggota gerak layu, kaku, lemah/ lumpuh.

2.      Kebutuhan pembelajaran anak tunadaksa
Guru sebelum memberikan pelayanan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a.       Segi kesehatan
Apakah ia mempunyai kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, kalau digerakkan sakit sendinya dan masalah lain seperti harus meminum obat dsb.
b.      Kemampuan gerak dan mobilitas
Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak dsb. Hal ini berhubungan dengan lingkungan yang harus di persiapkan.
c.       Kemampuan berkomunikasi
Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan, isyarat)
d.      Kemampuan dalam merawat diri
Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Misalnya dalam berpakaian, mandi, dll.
e.       Posisi.
Bagaimana posisi anak tersebut pada waktu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, waktu istirahat, di kamar kecil, saat makan dan sebagainya. Sehingga physical therapy sangat diperlukan.

3.      Klasifikasi Anak Tunadaksa 
Klasifikasi anak tunadaksa berdasarkan kelainan pada sistem saraf pusat (Cerebral System Disorders) digolongkan menjadi :
a.       Penggolongan Celebrai palsy menurut derajat kecacatan meliputi:
                                                              i.      Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri.
                                                            ii.      Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri. 
                                                          iii.      Golongan Berat, Golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.
b.      Penggologan Celebral Palsy menurut Topografi 
                                                              i.      Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan. 
                                                            ii.      Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, Al Tangan kanan dan kaki kanan.
                                                          iii.      Paraplegi, Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
                                                          iv.      Diplegi, Lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri. 
                                                            v.      Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya. 
c.       Penggolongan menurut Fisiologi (Motorik), meliputi :
Spastik, Atetoid, Ataxia, Tremor, Rigid dan Tipe campuran. 

4.      Penyebab Tunadaksa 
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada:
a.       Sebab sebelum lahir, antara lain : terjadi infeksi penyakit, kelainan  kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (Kecelakaan). 
b.      Sebab pada saat kelahiran, antara lain : proses kelahiran terlalu lama, proses kelahiran yang mengalami kesulitan, pemakaian Anestasi yang melebihi ketentuan. 
c.       Sebab setelah proses kelahiran, antara lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit dan ataxia.

D. Klasifikasi ABK dengan Gangguan Mental Tinggi
Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan tinggi (giftted) dan Anak yang memiliki Bakat Istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas istimewa memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a.       Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas.
b.      Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.
c.       Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukan gagasan.
d.      Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logis, sitimatis dan kritis.
e.       Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
f.       Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati .
g.      Senang mencoba hal-hal baru.
h.      Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat.
i.        Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecaha-pemecahan masalah.
j.        Cepat  menangkan hubungan sebab akibat.
k.      Tidak cepat puas.
l.        Lebih senag bergaul dengan anak yang lebih tua usianya.
m.    Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran.

2. Kebutuhan Pembelajaran anak cerdas istimewa dan bakat istimewa
a.       Program Pengayaan Horizontal
1.      Mengembangkan kemampuan eksplorasi.
2.      Mengembangkan pengayakan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang diluar kurikulum biyasa.
3.      Excekutif insentive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program insentif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu.
b.      Program Pengayaan Vertikal
1.      Acceleration, percepatan atau maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuanya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu atau tingkatan kelas.
2.      Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.
3.      Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan talented dengan para ahli yang ada dimsyaraka.


KESIMPULAN
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan keterbelakangan mental dan intelektual dan dapat diklasifikasikan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Penderita ini umunya membutuhkan bantuan orang lain.
Anak yang memiliki gangguan motorik disebut tunadaksa. Kelainan yang dialami tunadaksa yaitu cacat pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Anak tunadaksa memiliki cirri-ciri tersendiri.Dalam menghadai tunadaksa, seorang guru harus mempertimbangkan banyak aspek, sedangkan penggolongan anak tunadaksa ada berdasarkan saraf pusat yaitu menurut derajat kecacatan, topografi dan fisiologi. Penyebab tunadaksa terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir dan setelah proses lahir.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Salim Ch., Munawir Y., & Sunardi. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif. Surakarta:
Dr. Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes