BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Beragam variasi sifat dapat kita lihat
baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam satu keluarga kita misalnya,
terdapat beragam variasi sifat yang diturunkan orang tua kita kepada kita.
Mungkin ada yang berambut keriting, ada yang berambut lurus. Ada yang memiliki
lesung pipit ada yang tidak. Ada yang lidahnya dapat digulung ada yang tidak.
Bahkan mungkin dalam satu keluarga ada yang bermata coklat, biru atau abu-abu.
Pada hewan pun dapat dijumpai variasi sifat sebagai contoh anak kucing dapat
memiliki variasi warna rambut meskipun induknya satu. Pada tumbuhan juga dapat
ditemukan variasi dengan mudah misalnya tumbuhan yang sejenis ada yang
berbatang tinggi dan pendek. Ada yang berdaun kecil dan besar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Hukum Mendel 1 menjelaskan
berbagai macam penurunan sifat?
2.
Bagaimana proses penyilangan
monohybrid?
3.
Bagaimana proses penyilangan
dihibrid?
HUKUM PEWARISAN SIFAT
Suatu
penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis
“pencampuran”, suatu gagasan bahwa materi genetic yang disumbangkan kedua orang
tua bercampur dengan cara yang sama. Seperti didapatkannya warna hijau dari
pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksikan bahwa dari
generasi ke generasi populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan populasi
individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari dan hasil
percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan ternyata bertolak belakang dengan
prediksi tersebut.
Sebuah
alternative terhadap model pencampuran ini adalah hipotesis penurunan sifat
“partikulat”, yaitu mengenai ide gen. Gregor Mendel menerangkan adanya fenomena
factor keturunan atau gen yang secara kekal diwariskan dari induk kepada
keturunannya melalui hukum pemisahan.
Di
dalam genetika, teori Mendel sangat penting bahkan dijadikan dasar dalam
memahami genetika dan melakukan analisis atas pola-pola pewarisan sifat
genetik. Hukum Mendel pada prinsipnya terdiri dari dua rumusan, yaitu Hukum I
Mendel dan Hukum II Mendel.
Hukum I Mendel
Hukum
Mendel I (disebut juga hukum segregasi) menjelaskan bahwa pemasangan alel akan
berpisah pada saat pembentukan gamet, dan masing- masing gamet akan bertemu
secara acak pada saat pembuahan. Hukum Mendel I dibuktikan melalui persilangan
monohibrid.
Persilangan
Monohibrid
a. Persilangan
Monohibrid Sempurna
Persilangan monohibrid sempurna adalah
persilangan yang dilakukan dengan satu sifat yang berbeda. Misalnya warna bunga
adalah karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari
karakter warna bunga tanaman bunga, yaitu warna merah dan warna putih. Pada
keturunan pertama F1 tidak dihasilkan fenotipe dengan sifat campuran kedua
induknya. Persilangan merah dengan putih tidak menghasilkan bunga merah muda,
tetapi menghasilkan bunga merah. Selanjutnya, Mendel mengkondisikan agar antara
sesama hibrida F1 saling melakukan penyerbukan sendiri dan mengamati sifat yang
muncul pada generasi ke-2 (F2). Pada keturunan F2 sifat yang muncul pada
keturunan pertama (bunga merah) akan kembali muncul sebesar 75%, sedangkan
sifat yang tidak muncul pada keturunan pertama (bunga putih) akan muncul
sebesar 25%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbandingan morfologi (rasio
fenotipe) antara sifat dominan dan resesif adalah 3 : 1.
Oleh karena itu, Mendel menyimpulkan bahwa
sifat hereditas diturunkan melalui suatu gen dari satu generasi ke generasi
lainnya dan gen tersebut selalu berpasangan (alel). Masing- masing sel kelamin hanya membawa satu alel untuk
masing- masing sifat. Pada saat pembentukan gamet, terjadi meiosis I sehingga
masing- masing alel berpisah (segregasi) dari pasangannya. Setengah bagian dari
individu F1 membawa alel M, setengahnya lagi membawa alel m. pada persilangan
monohybrid dominan, satu alel bersifat dominan terhadap alel lainnya. Alel
bunga merah dominan terhadap bunga putih sehingga alel bunga merah dinotasikan
dengan huruf M, sedangkan alel bunga putih dinotasikan dengan huruf m. ketika
terjadi pembuahan, pada keturunan F1 alel M bertemu dengan m sehingga
menghasilkan Mm (merah). Jika Mm disilangkan sesamanya akan menghasilkan F2
dengan perbandingan merah banding putih sebesar 3:1, dengan perbandingan genotype
MM: Mm: mm sebesar 1: 2: 1.
Parental (P1): ♂ MM ><
♀ mm
Merah
putih
Gamet:
M m
F1 (generasi pertama): Mm
Merah
P2 F1 >< F1
♂Mm >< ♀
Mm
Gamet
: M M
m m
F2 MM
75% Mm tanaman anakan berbunga merah
Mm
25% mm tanaman
anakan berbunga putih
F2
♂
♀
|
M
|
M
|
M
|
MM merah
|
Mm merah
|
M
|
Mm merah
|
mm putih
|
b.
Persilangan Monohibrid Intermediet
Intermediet
adalah sifat suatu individu yang merupakan gabungan dari sifat kedua induknya.
Hal ini dapat terjadi karena sifat kedua induk yang muncul sama kuat
(kodominan). Misalnya bunga warna merah disilangkan dengan bunga warna putih,
menghasilkan keturunan berwarna merah muda.
Pada kesempatan lain, Mendel juga menyilangkan tanaman Antirrinum majus berbunga merah galur
murni (MM) dengan bunga putih galur murni (mm). Ternyata seluruh keturunan
pertama berbunga merah muda (Mm). Warna merah muda ini terjadi karena pengaruh
gen dominan yang tidak sempurna (kodominan). Untuk memperoleh F2 maka Mendel
menyilangkan sesama F1.
Pada keturunan kedua F2, sifat yang muncul pada
keturunan pertama (bunga merah) akan kembali muncul sebesar 50%, sedangkan
sifat induk yang tidak muncul pada keturunan pertama (bunga merah dan putih)
akan muncul kembali maksimal sebesar 25%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
perbandingan morfologi (rasio fenotipe) persilangan monohybrid intermediet
adalah 1: 2: 1. Contoh sifat intermediet pada manusia adalah Thalassemia dan
penyakit anemia sel sabit (sickle cell anemia), contoh pada sapi adalah sapi
roan.
Contoh:
P1:
♂ MM >< ♀mm
(merah) (putih)
Gamet:
M m
F1: Mm
(merah
jambu)
P2: ♂ Mm >< ♀Mm
Gamet: M M
m m
F2:
♂
♀
|
M
|
M
|
M
|
MM
(merah)
|
Mm
(merah jambu)
|
M
|
Mm
(merah jambu)
|
Mm
(putih)
|
Rasio
fenotipe:
Merah : merah jambu : putih
1 : 2 : 1
Rasio
genotype:
MM : Mm : mm
1 :
2 : 1
Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua
individu sejenis yang melibatkan dua sifat yang berbeda. Mendel dalam percobaannya
menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat warna kuning
dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan
kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang
ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan
kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna
biji. B = bulat, dominan terhadap keriput b = keriput K =
kuning, dominan terhadap hijau k = hijau Perhatikan bagan
persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah ini!
P1
|
Kacang ercis berbiji bulat warna kuning
|
><
|
Kacang ercis berbiji keriput warna hijau
|
Genotipe
|
BBKK
|
><
|
bbkk
|
Gamet
|
BK dan BK
|
><
|
bk dan bk
|
F1
|
BbKk
|
Fenotipe:berbiji bulat warna kuning
|
|
P2
|
BbKk
|
><
|
BbKk
|
Gamet
|
BK,Bk,bK,bk
|
><
|
BK,Bk,bK,bk
|
Kemungkinan
terjadinya kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut:
F2
:
|
Gamet
Gamet
|
BK
|
Bk
|
bK
|
Bk
|
||||
BK
|
BBKK
|
1
|
BBKk
|
2
|
BbKK
|
3
|
BbKk
|
4
|
|
Bk
|
BBKk
|
5
|
BBkk
|
6
|
BbKk
|
7
|
Bbkk
|
8
|
|
bK
|
BbKK
|
9
|
BbKk
|
10
|
bbKK
|
11
|
bbKk
|
12
|
|
Bk
|
BbKk
|
13
|
Bbkk
|
14
|
bbKk
|
15
|
bbkk
|
16
|
Individu
yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K
memiliki biji warna kuning.Fenotipe pada F2 adalah
- bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
- bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
- keriput – kuning = nomor : 11, 12, 15
- keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan
Fenotipe F2 adalah : bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning :
keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1 Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe
pada dihibrid F2 :
Kemungkinan
ke-
|
Kotak nomor
|
Genotipe
|
Fenotipe
|
1
|
1
|
BBKK
|
Bulat kuning
|
2
|
2, 5
|
BBKk
|
Bulat kuning
|
3
|
3, 9
|
BbKK
|
Bulat kuning
|
4
|
4,7, 10, 13
|
BbKk
|
Bulat kuning
|
5
|
6
|
BBkk
|
Bulat hijau
|
6
|
8, 14
|
Bbkk
|
Bulat hijau
|
7
|
11
|
bbKK
|
Keriput kuning
|
8
|
12, 15
|
bbKk
|
Keriput kuning
|
9
|
16
|
Bbkk
|
Keriput hijau
|
DAFTAR PUSTAKA
·
D.A. Pratiwi dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
·
Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XII. Jakarta: Esis.
·
Dewi Ganawati dalam http://www.crayonpedia.org/mw/PEWARISAN_SIFAT_9.1_DEWI_GANAWATI
diunduh pada tanggal 29 Maret 2011.
0 komentar:
Posting Komentar