Rabu, 06 Juni 2012

PEWARISAN JENIS KELAMIN DAN PETA SILSILAH


 download file di sini

PEWARISAN JENIS KELAMIN DAN PETA SILSILAH


I.         PENGERTIAN JENIS KELAMIN
Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya prosesreproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.
Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. Pada kebanyakan hewannon-hermafrodit, tumbuhan berumah dua (dioecious), dan berbagai organisme rendah orang menyebutnya jantan dan betina. Jantan adalah kelompok yang menyediakan spermatozoid (sel gamet yang aktif bergerak), sedangkan betina adalah kelompok yang menyediakan sel gamet yang statik dan menunggu untuk dibuahi. Adanya alat kelamin yang khas untuk masing-masing seringkali dijadikan penciri bagi masing-masing jenis kelamin. Sebagi tambahan, sering kali tampak ciri-ciri sekunder yang terjadi seperti pada manusia (misalnya payudara dan sebaran rambut), banyak unggas (seperti pada ayam dan merak, serta sejumlah mamalia (contoh yang mudah terlihat adalah singa).
Hermafrodit adalah individu yang dapat berperan sekaligus sebagai jantan dan betina pada saat yang relatif bersamaan. Pada hewan gejala ini relatif rendah frekuensinya, tetapi tinggi frekuensinya pada tumbuhan dan banyak organisme rendah (protista). Hewan hermafrodit yang paling dikenal adalah siput. Tumbuhan yang berumah tunggal, baik monoklin (berbunga lengkap, seperti padi) maupun diklin (berbunga tak lengkap, seperti jagung)
Pada sejumlah protista dan bakteri dikenal organisme dengan jenis kelamin positif (+) dan negatif (-). Penamaan ini diberikan karena diketahui terjadi transfer material genetik dari satu individu ke individu yang lain (disebut konjugasi) namun tidak disertai dengan dimorfisme (tidak ada alat kelamin atau petunjuk seksual lainnya yang teramati). Hal ini berbeda dari hermafroditisme, karena pada yang terakhir ini diketahui ada alat kelamin (kedua alat kelamin dimiliki oleh satu individu) dan terjadi pertukaran material genetik satu sama lain.

II.      BERBAGAI TIPE PENENTUAN JENIS KELAMIN ORGANISME
Mahluk yang hidup di dunia sangat beraneka ragam, sehingga tentunya mudah dimengerti bahwa cara menetukan seks pada berbagai mahluk itu tidak sama.
Beberapa tipe penentuan jenis kelamin yang dikenal ialah:
A.    Tipe XY
a.         Pada lalat buah Drosophila melanogaster
       Pada awal abad ini lalt buah banyak digunakan dalam penelitian genetika karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
·           Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan di dalam botol susu berukuran sedang.
·           Mempunyai siklus hidup pendek (hanya kira- kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun dapat diperoleh 25 generasi.
·           Mempunyai tanda- tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan. Lalat betina lebih besar daripada lalat jantan, ujung abdomen meruncing dan pada abdomen terdapat garis- garis hitam melintang. Lalat jantan lebih kecil, ujung abdomen tumpul berwarna kehitam- hitaman dan pada abdomen terdapat garis- garis hitam melintang. Lalat jantan lebih kecil, ujung abdomen tumpul berwarna kehitam- hitaman dan pada abdomen terdapat sedikit garis- garis hitam melintang. Ekstremitas (kaki) depan dari lalat jantan memiliki sisir kelamin (“ sex comb” ) tetapi lalat betina tidak memilikinya.
·           Hanya mempunyai 8 kromosom saja, sehingga mudah menghitungnya. Delapan buah kromosom yang terdapat dalam  inti sel itu dibedakan atas:
-        6 buah kromosom (3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya sama dan karena itu disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat A
-        2 buah pasang kromosom ( 1 pasang) yang disebut kromosom kelamin (seks kromosom) sebab anggota dari sepasang kromosom ini tak sama bentuknya pada lalat betina dan jantan
Kromosom kelamin dibedakan atas:
1.    Kromosom-X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 buah kromosom-X
2.    Kromosom-Y yang lebih pendek daripada kromosom-X dan ujungnya sedikit membengkok. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom-X dan sebuah kromosom-Y. Lalat betina normal tidak memiliki kromosom-Y. Karena lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis (yaitu 2 kromosom-X), maka lalatbetina dikatakan bersifat homogametik. Lalat jantan bersifat heterogametik, karena memiliki kromosom-X dan kromosom-Y. Berhubung dengan itu formula kromosom untuk lalat Drosophila ialah:
-     Lalat betina : AAXX
-     Lalat jantan : AAXY
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur haploid (AX). Lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa, yaitu yang membawa kromosom-X (AX) dan yang membawa kromosom-Y (AY). Apabila spermatozoa pembawa kromosom-X membuahi ovum (AX) terjadilah anak lalat betina (AAXX), sedangkan bila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi ovum terjadilah anak lalat jantan (AAXY).
Kadang- kadang diwaktu meiosis selama pembentukan sel- sel kelamin, sepasang kromosom kelamin tidak memisah diri, melainkan tetap berkumpul. Peristiwa tidak memisahkannya sepasang kromosom selama pembelahan sel dinamakan gagal memisah (“ nondisjunction”). Jika nondisjunction itu berlangsung selama oogenesis, maka terbentuklah 2 macam ovum, yaitu sebuah ovum yang memiliki dua kromosom-X dan sebuah ovum lainnya yang hanya mengandung autosom saja tanpa kromosom-X 
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai macam kelainan dalam keturunan, yaitu :
1.    Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa yang membawa kromosom-X membuahi sel telur yang mempunyai dua kromosom-X. Lalat ini tidak sempurna pertumbuhannya, steril, sangat lemah dan hidup tidak lama.
2.    Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur yang mempunyai 2 kromosom-X. Lalat ini betina, subur, tak ada bedanya dengan lalat biasa. Berarti bahwa kromosom-Y pada Drosophila tidak memberi pengaruh pada seks.
3.    Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-X membuahi sel telur tanpa kromosom-X. Lalat ini jantan dan steril. Sebaliknya, manusia XO adalah perempuan steril. Tetapi tikus XO adalah betina fertile.
Drosophila YO tidak dikenal, sebab bila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur tanpa kromosom-X akan berakibat letal .
4.    Lalat Ginandromof, ialah lalat yang tubuhnya separoh bersifat betina dan lainnya jantan, dengan batas yang tegas. Berhubung dengan itu untuk lalat ini tidak dapat diberikan formula kromosomnya.
5.    Lalat interseks (AAAXX), yaotu lalat yang merupakan campuran antara lalat betina dan jantan, triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosm-X steril. Lalat ini kini lazim disebut lalat interseks triploid setelah Bridges berhasil membuat berbagai macam Drosophila tetraploid seperti betina tetraploid (AAAAXXXX), interseks tetraploid (AAAAXXX), jantan super tetraploid (AAAAX).
6.    Lalat jantan super (AAXY), ialah lalat jantan triploid untuk autosomnya. Seperti halnya dengan lalat betina super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril, sangat lemah dan hidup tak lama.
7.    Lalat dengan kromosom-X melekat pada salah satu ujungnya (“ attched-X chromosomes”). Lalat ini mempunyai fenotip seperti lalat betina normal, tetapi bila diperiksa secara mikroskopis maka inti selnya mengzndung sepasang kromosom-X yang saling melekat pada salah satu ujungnya dan ditambah dengan adanya kromosom-Y. Drosophila dengan “attached-X chromosomes” mempunyai formula kromosom AAXXY.






                                                      Induk             


                           
                    


                           Sperma                                     sel telur

                                                   Zigot
                                             (keturunan)
                  Gambar penentuan jenis kelamin pada manusia

B.     Tipe XO
Berlaku bagi banyak serangga, misalnya belalang. Yang betina memiliki dua buah kromosom-X, sehingga disebut XX, sedang yang jantan hanya memiliki sebuah kromosom-X saja sehingga disebut XO. Jika pada Drosophila lalat XO merupakan lalat jantan steril, maka pada belalang ini individu XO adalah jantan fertil.
                                                                                    Induk


                                         Sperma
                                                                                                 sel telur
                                                                Zigot
                                                            (keturunan)
                                    Gambar penentuan jenis kelamin pada belalang
C.     Tipe ZW
Burung, kupu-kupu dan beberapa jenis ikan mengikuti tipe penentuan jenis kelamin ini. Di sini yang heterogametik adalah yang betina, sedangkan yang jantan homogametik. Untuk menghindari kekeliruan dengan tipe XY, maka disini digunakan Z dan W. Jadi burung betina adalah ZW (atau XY), yang jantan ZZ (atau XX)                               
                                                                                      Induk

                                                                              
                                             Sperma
                                                                                               sel telur
                                                                   Zigot
                                                              (keturunan)

                                    Gambar penentuan jenis kelamin pada ayam
D.    Tipe ZO
Pada unggas (ayam, itik dsb) juga yang betina heterogametik, tetapi hanya memiliki sebuah kromosom selamin saja (ZO atau XO), sedang yang jantan homogametik (ZZ atau XX).
E.     Tipe Ploidi
Beberapa serangga dapat melakukan partenogenesis, artinya dari sel telur dapat terbentuk makhluk baru tanpa didahului pembuahan oleh spermatozoa.
Contohnya lebah madu (Apis sp.)


     Dibuahi spermatozoa (n)
Sel telur (n)                                                                 Lebah betina(2n)

Partenogenesis
Sel telur (n)                                                                 Lebah jantan (n)
Jelaslah bahwa penentuan jenis kelamin pada lebah madu tidak dipengaruhi oleh kromosom kelamin seperti pada makhluk lainnya, melainkan oleh sifat ploidi dan makhluknya. Lebah yang diploid (2n) adalah betina, sedangkan yang haploid (n) adalah jantan.

                                                                                     Induk



                                                Sperma                                    sel telur

                                                               Zigot
                                                            (keturunan)                 
                                    Gambar penentuan jenis kelamin pada lebah madu
III.   RANGKAI KELAMIN
A.       Diagram persilangan rangkai X pada Drosophila
Jika kita perhatikan Gambar 6.1.b, akan nampak bahwa lalat F1 betina mempunyai mata seperti tetua jantannya, yaitu normal/merah. Sebaliknya, lalat F1 jantan warna matanya seperti tetua betinanya, yaitu putih. Pewarisan sifat semacam ini disebut sebagai criss cross inheritance.
Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik. Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik.
Rangkai X pada kucing
Warna bulu pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan heterozigot gen ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise shell. Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai pada individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada jenis kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan hemizigot dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot resesif (betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah hemizigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah kromosom X. Individu dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya kromosom X dikatakan hemizigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif, individu yang memilikinya disebut hemizigot resesif.
Rangkai X pada manusia
Salah satu contoh gen rangkai X pada manusia adalah gen resesif yang menyebabkan penyakit hemofilia, yaitu gangguan dalam proses pembekuan darah. Sebenarnya, kasus hemofilia telah dijumpai sejak lama di negara-negara Arab ketika beberapa anak laki-laki meninggal akibat perdarahan hebat setelah dikhitan. Namun, waktu itu kematian akibat perdarahan ini hanya  dianggap sebagai takdir semata.
Hemofilia baru menjadi terkenal dan dipelajari pola pewarisannya setelah beberapa anggota keluarga Kerajaan Inggris mengalaminya. Awalnya, salah seorang di antara putra Ratu Victoria menderita hemofilia sementara dua di antara putrinya karier atau heterozigot. Dari kedua putri yang heterozigot ini lahir tiga cucu laki-laki yang menderita hemofilia dan empat cucu wanita yang heterozigot. Melalui dua dari keempat cucu yang heterozigot inilah penyakit hemofilia tersebar di kalangan keluarga Kerajaan Rusia dan Spanyol. Sementara itu, anggota keluarga Kerajaan Inggris saat ini yang merupakan keturunan putra/putri normal Ratu Victoria bebas dari penyakit hemofilia.
Rangkai Z pada ayam
Pada dasarnya pola pewarisan sifat rangkai Z sama dengan pewarisan sifat rangkai X. Hanya saja, kalau pada rangkai X individu homogametik berjenis kelamin pria/jantan sementara individu heterogametik berjenis kelamin wanita/betina, pada rangkai Z justru terjadi sebaliknya. Individu homogametik (ZZ) adalah jantan, sedang individu heterogametik (ZW) adalah betina.
Contoh gen rangkai Z yang lazim dikemukakan adalah gen resesif br yang menyebabkan pemerataan pigmentasi bulu secara normal pada ayam. Alelnya, Br, menyebabkan bulu ayam menjadi burik. Jadi, pada kasus ini alel resesif justru dianggap sebagai tipe alami atau normal (dilambangkan dengan +), sedang alel dominannya merupakan alel mutan.
Pewarisan Rangkai Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat stabil.
Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.
IV.   PETA SILSILAH
A.    Pengertian Peta Silsilah
Sifat-sifat yang dimiliki orang tua diturunkan pada anaknya melalui pola pewarisan tertentu. Salah satu metode mempelajari penurunan sifat manusia banyak digunakan adalah dengan metode asal usul atau peta silsilah dalam bentuk pedigree (peta silsilah. Berbagai macam symbol yang biasa digunakan pada pembuatan diagram silsilah ialah sebagai berikut:
= Laki-laki                                  = Wanita                                            
                        Atau                                        sifat (fenotip) yang diselidiki
                                    Pembawa sifat atau karier

                                                                                                Parental (orang tua)

                                                                                                Anak

                                                Atau

                                                                                                            Kembar biasa
                                 
                                                Atau


                                                Atau                                                    kembar identik


B.     Penggunaan peta silsilah
Peta silsilah biasa digunakan untuk melihat penurunan jenis kelamin dan penurunan penyakit.Berikut  merupaka contoh peta silsilah untuk penentuan jenis kelamin dan menelusuri jenis penyakit
1.         Peta silsilah penurunan jenis kelamin
2.         Peta silsilah penurunan  jenis penyakit dan golongan darah
Cacat dan penyakit menurun pada manusia dapat disebabkan pleh gena yang terdapat pada autosom aatau oleh gena yang terdapat pada kromosom seks (gonosom). Cirri  cacat atau penyakit menurun yaitu tidak dapat menular, sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diusahakan agar tidak terjadi pada generasi berikutnya, dan umumnya disebabkan oleh gen resesif.
a.       Cacat atau penyakit menurun yang tidak Terpaut Kromosom Seks
Beberapa penyakitdan kelainan menurun yang tidak terpaut kromosom seks atau bersifat autosomal antara lain:
1)        Albinisme
Merupakan kelainan yang disebabkan tubuh seseorang tidak mampu memproduksi pigmen melanin, sehingga rambut dan badanya putih Cacat albino memiliki penglihatan yang peka terhadap cahaya, disebabkan irisnya tidak memiliki pigmen. Disebabkan oleh gen resesif a. Orang normal memiliki genotip Aa atau AA, sedangkan orang albino genotipnya aa
         
Simak contoh berikut ini! Pada kasus penyakit albinisme, penyakit albino disebabkan oleh gen resesif a, sedangkan alelanya A menyebabkan normal. Gen ini tidak terpaut kromosom kelamin (gonosom) melainkan terpaut kromosom tubuh (autosom). Perhatikan peta silsilah berikut ini:                                                               
b
a
  I                   



f
e
d
c
II                          



j
k
i
h
g
III                         

a.        

l
m
IV               
b.       
Peta silsilah yang terdiri dari 4 generasi (generasi I, generasi II, generasi III, dan generasi IV) di atas dapat diuraikan tentang fenotip dan genotipnya, sebagai berikut:
1. Fenotip
- laki-laki normal adalah individu I a, II d, dan IV l
- laki-laki normal carier adalah II e dan III i
- laki-laki albino adalah III h
- perempuan normal adalah II c, III g, III k
- perempuan normal carier adalah I b, II f, III j, dan IV m
2. Genotip
Pada kasus pewarisan sifat albino di atas adalah mudah untuk menentukan genotipnya yaitu hanya dengan melihat jenis arsiran pada simbol yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
AA (normal homozigot) terdapat pada individu: I a, II c, II d, III g, III k, IV l
Aa (normal heterozygot/normal carier) terdapat pada individu: I b, II e, II f, III i, dan III j
aa (albino) adalah individu III h.
2)        Polidaktili
Poldaktili merupakan kelainan genetika yang ditandai banyaknya jari tangan atau jari tangan yang melebihi normal.Perhatikan gambar berikut.

Polidaktili disebabkan oleh gena dominan P sehingga penderita polidaktili memiliki genotip PP atau Pp. Genetip orang berjari normal yaitu pp. Perhatikan peta silsilah pewarisan gena buta warna berikut:
b
I                  
          a


f
e
d
c
II                          



j
k
i
h
g
III                         



l
m
IV               


1. Fenotip
- laki-laki normal adalah individu I a, II d, dan IV l
- laki-laki normal carier adalah II e dan III i
- laki-laki polidaktili adalah III h
- perempuan normal adalah II c, III g, III k
- perempuan normal carier adalah I b, II f, III j, dan IV m
2. Genotip
Pada kasus pewarisan sifat polidaktili di atas adalah mudah untuk menentukan genotipnya yaitu hanya dengan melihat jenis arsiran pada simbol yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
PP (polidaktili homozigot) terdapat pada individu: I a, II c, II d, III g, III k, IV l
Pp (Polidaktili heterozygot) terdapat pada individu: I b, II e, II f, III i, dan III j
aa (normal) adalah individu III h.
3)        Thalesmania
Thalesmaia merupakan kelainan genetika karena rendahnya pembentukan hemoglobin. Thalesmania disebabkan karena gena dominan Th, sedangkan alelnya menentukan sifat normal. Penderita thalesmania bergenotip ThTh (thalasmania mayor) atau Thth (thalesmania minor). Berikut adalah contoh peta sisilah penurunan thalesmania.
 


1.      Cacat atau penyakit menurun yang Terpaut Kromosom Seks
a.       Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku. Penderita hemofilia jika terluka darahnya akan membeku sekitar 50 mnt – 2 jam, hal ini akan mengakibatkan penderita mengalami kehilangan banyak darah dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut kromosom X. Contoh silsilah penyakit hemofilia adalah pada keluarga kerajaan Eropa. Ratu Victoria dari Inggris menderita hemofilia.
~ Genotip wanita hemofilia:
HH = XHXH = Homozigot dominan = normal
Hh = XHXh = heterozigot = carier = pembawa sifat
Hh = XhXh = homozigot resesif = penderita hemofilia
~ genotip laki-laki hemofilia:
XHY = laki-laki normal
XhY = laki-laki hemophilia

























b.      Buta Warna
Buta warna adalah penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan warna merah dengan biru, atau kuning dengan hijau Disebabkan oleh gen resesif cb (color blind)gen buta warna terpaut pada kromosom X
genotip buta warna adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa laki-laki tidak ada yang carier atau pembawa
















Berikut adalah peta silsilah penurunan buta warna:

I                     
            (XXc)    (XY)



II                         
    (XX)  (XX)  (XY) (XcY) (XXc)



III                                     
                   (XXc)   (XY)  (XcY) (XcY)
Keterangan
1. Laki-laki normal (XY)
2. Laki-laki buta warna (XcY)
3. Perempuan normal (XX)
4. Perempuan normal carier (XXc)
Catatan:
1.       Gen buta warna adalah gen resesif yang terpaut X dilambangkan Xc sedangkan alelanya yang menyebabkan normal sering t
2.        
3.       idak ditulis atau juga dilambangkan dengan C sehingga menjadi XC.
2. Sama seperti pada penyakit yang terpaut autosom, dalam menuliskan simbol untuk individu yang normal carier dibuat tanpa menggunakan arsiran sama sekali, sehingga untuk mencari genotipnya perlu dilakukan analisis baik dari generasi sesudahnya (filialnya) dan atau dari generasi sebelumnya (parentalnya).
5. Perempuan buta warna (XcXc)

Setelah kita mempelajari peta silsilah jenis penyakit, selanjutnya kita akan mempelajari peta silsilah pewarisan darah.  Berikut akan dibahas mengenai peta silsilah golongan darah pada manusia. Perhatikan peta silsilah berikut;
I                     




p
o
q
n
m
II                         


t
u
s
r
III                                     

Selain penyakit, ada lagi penggunaan peta silsilah dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada penurunan golongan darah. Golongan darah  merupakan salah satu karakter yang diwariskan pada manusia. Terdapat 2 jenis sistem penggolongan darah pada manusia yaitu sistem ABO, sistem MN.
1.      Golongan darah sistem ABO
 



2. Golongan darah tipe MN

 
DAFTAR PUSTAKA

Ariyulina, Dyah. 2006. IPA Biologi untuk SMA Kelas XII. Bandung: Esis

Sembiring, Langkah. 2004. IPA Biologi untuk SMA Kelas XII B. Semarang: Sunda Kelapa Pustaka

Di unduh dari www.biologi.blogspot.com pada hari rabu, 30 Maret 2011.

 download file di sini


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes