download file di sini
PEWARISAN JENIS KELAMIN DAN PETA SILSILAH
I.
PENGERTIAN JENIS KELAMIN
Jenis kelamin (bahasa
Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya prosesreproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.
Jenis
kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme
seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
Pada kebanyakan hewannon-hermafrodit, tumbuhan berumah
dua (dioecious), dan berbagai organisme
rendah orang
menyebutnya jantan dan betina.
Jantan adalah kelompok yang menyediakan spermatozoid (sel gamet yang
aktif bergerak), sedangkan betina adalah kelompok yang menyediakan sel gamet
yang statik dan menunggu untuk dibuahi. Adanya alat kelamin yang khas
untuk masing-masing seringkali dijadikan penciri bagi masing-masing jenis
kelamin. Sebagi tambahan, sering kali tampak ciri-ciri sekunder yang terjadi seperti
pada manusia (misalnya payudara dan sebaran rambut), banyak unggas (seperti
pada ayam dan merak,
serta sejumlah mamalia (contoh
yang mudah terlihat adalah singa).
Hermafrodit adalah
individu yang dapat berperan sekaligus sebagai jantan dan betina pada saat yang
relatif bersamaan. Pada hewan gejala ini relatif rendah frekuensinya, tetapi
tinggi frekuensinya pada tumbuhan dan
banyak organisme rendah (protista). Hewan hermafrodit yang paling dikenal
adalah siput. Tumbuhan yang berumah tunggal, baik monoklin (berbunga lengkap,
seperti padi)
maupun diklin (berbunga
tak lengkap, seperti jagung)
Pada sejumlah protista dan bakteri dikenal
organisme dengan jenis kelamin positif (+) dan negatif (-). Penamaan ini
diberikan karena diketahui terjadi transfer material genetik dari satu individu
ke individu yang lain (disebut konjugasi)
namun tidak disertai dengan dimorfisme (tidak ada alat kelamin atau petunjuk
seksual lainnya yang teramati). Hal ini berbeda dari hermafroditisme, karena
pada yang terakhir ini diketahui ada alat kelamin (kedua alat kelamin dimiliki
oleh satu individu) dan terjadi pertukaran material genetik satu sama lain.
II. BERBAGAI
TIPE PENENTUAN JENIS KELAMIN ORGANISME
Mahluk yang hidup di dunia sangat beraneka ragam, sehingga tentunya mudah
dimengerti bahwa cara menetukan seks pada berbagai mahluk itu tidak sama.
Beberapa tipe penentuan jenis kelamin yang dikenal ialah:
A. Tipe XY
a.
Pada lalat buah Drosophila melanogaster
Pada awal abad ini lalt buah banyak digunakan dalam penelitian genetika
karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
·
Mudah dipelihara pada media makanan yang
sederhana, pada suhu kamar dan di dalam botol susu berukuran sedang.
·
Mempunyai siklus hidup pendek (hanya kira-
kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun dapat diperoleh 25 generasi.
·
Mempunyai tanda- tanda kelamin sekunder
yang mudah dibedakan. Lalat betina lebih besar daripada lalat jantan, ujung
abdomen meruncing dan pada abdomen terdapat garis- garis hitam melintang. Lalat
jantan lebih kecil, ujung abdomen tumpul berwarna kehitam- hitaman dan pada
abdomen terdapat garis- garis hitam melintang. Lalat jantan lebih kecil, ujung
abdomen tumpul berwarna kehitam- hitaman dan pada abdomen terdapat sedikit
garis- garis hitam melintang. Ekstremitas (kaki) depan dari lalat jantan
memiliki sisir kelamin (“ sex comb” )
tetapi lalat betina tidak memilikinya.
·
Hanya mempunyai 8 kromosom saja, sehingga
mudah menghitungnya. Delapan buah kromosom yang terdapat dalam inti sel itu dibedakan atas:
-
6 buah kromosom (3 pasang) yang pada lalat
betina maupun jantan bentuknya sama dan karena itu disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat A
-
2 buah pasang kromosom ( 1 pasang) yang
disebut kromosom kelamin (seks kromosom) sebab anggota dari
sepasang kromosom ini tak sama bentuknya pada lalat betina dan jantan
Kromosom kelamin dibedakan atas:
1.
Kromosom-X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina
memiliki 2 buah kromosom-X
2.
Kromosom-Y yang lebih pendek daripada kromosom-X dan
ujungnya sedikit membengkok. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom-X dan sebuah
kromosom-Y. Lalat betina normal tidak memiliki kromosom-Y. Karena lalat betina
memiliki 2 kromosom kelamin sejenis (yaitu 2 kromosom-X), maka lalatbetina
dikatakan bersifat homogametik. Lalat
jantan bersifat heterogametik, karena
memiliki kromosom-X dan kromosom-Y. Berhubung dengan itu formula kromosom untuk
lalat Drosophila ialah:
-
Lalat betina : AAXX
-
Lalat jantan : AAXY
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur haploid
(AX). Lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa, yaitu yang membawa kromosom-X
(AX) dan yang membawa kromosom-Y (AY). Apabila spermatozoa pembawa kromosom-X
membuahi ovum (AX) terjadilah anak lalat betina (AAXX), sedangkan bila
spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi ovum terjadilah anak lalat jantan
(AAXY).
Kadang- kadang diwaktu meiosis selama pembentukan sel- sel kelamin,
sepasang kromosom kelamin tidak memisah diri, melainkan tetap berkumpul. Peristiwa
tidak memisahkannya sepasang kromosom selama pembelahan sel dinamakan gagal memisah (“ nondisjunction”). Jika nondisjunction itu berlangsung selama
oogenesis, maka terbentuklah 2 macam ovum, yaitu sebuah ovum yang memiliki dua
kromosom-X dan sebuah ovum lainnya yang hanya mengandung autosom saja tanpa
kromosom-X
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai
macam kelainan dalam keturunan, yaitu :
1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila
spermatozoa yang membawa kromosom-X membuahi sel telur yang mempunyai dua
kromosom-X. Lalat ini tidak sempurna pertumbuhannya, steril, sangat lemah dan
hidup tidak lama.
2. Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur yang
mempunyai 2 kromosom-X. Lalat ini betina, subur, tak ada bedanya dengan lalat
biasa. Berarti bahwa kromosom-Y pada Drosophila tidak memberi pengaruh pada
seks.
3. Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-X membuahi sel telur tanpa
kromosom-X. Lalat ini jantan dan steril. Sebaliknya, manusia XO adalah
perempuan steril. Tetapi tikus XO adalah betina fertile.
Drosophila YO tidak dikenal, sebab bila
spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur tanpa kromosom-X akan
berakibat letal .
4. Lalat Ginandromof, ialah lalat yang tubuhnya separoh bersifat betina dan lainnya jantan,
dengan batas yang tegas. Berhubung dengan itu untuk lalat ini tidak dapat
diberikan formula kromosomnya.
5. Lalat interseks (AAAXX), yaotu lalat yang
merupakan campuran antara lalat betina dan jantan, triploid (3n) untuk
autosomnya dan memiliki 2 kromosm-X steril. Lalat ini kini lazim disebut lalat
interseks triploid setelah Bridges berhasil membuat berbagai macam Drosophila
tetraploid seperti betina tetraploid (AAAAXXXX), interseks tetraploid
(AAAAXXX), jantan super tetraploid (AAAAX).
6. Lalat jantan super (AAXY), ialah lalat jantan
triploid untuk autosomnya. Seperti halnya dengan lalat betina super maka
pertumbuhannya tidak sempurna, steril, sangat lemah dan hidup tak lama.
7. Lalat dengan kromosom-X melekat pada salah satu ujungnya (“ attched-X
chromosomes”). Lalat ini mempunyai fenotip seperti lalat betina normal,
tetapi bila diperiksa secara mikroskopis maka inti selnya mengzndung sepasang
kromosom-X yang saling melekat pada salah satu ujungnya dan ditambah dengan adanya
kromosom-Y. Drosophila dengan “attached-X chromosomes” mempunyai formula
kromosom AAXXY.
Induk
Sperma sel telur
Zigot
(keturunan)
Gambar penentuan jenis kelamin pada manusia
B.
Tipe
XO
Berlaku bagi banyak
serangga, misalnya belalang. Yang betina memiliki dua buah kromosom-X, sehingga
disebut XX, sedang yang jantan hanya memiliki sebuah kromosom-X saja sehingga
disebut XO. Jika pada Drosophila lalat XO merupakan lalat jantan steril, maka
pada belalang ini individu XO adalah jantan fertil.
Induk
Sperma
sel
telur
Zigot
(keturunan)
Gambar
penentuan jenis kelamin pada belalang
C.
Tipe
ZW
Burung, kupu-kupu
dan beberapa jenis ikan mengikuti tipe penentuan jenis kelamin ini. Di sini
yang heterogametik adalah yang betina, sedangkan yang jantan homogametik. Untuk
menghindari kekeliruan dengan tipe XY, maka disini digunakan Z dan W. Jadi
burung betina adalah ZW (atau XY), yang jantan ZZ (atau XX)
Induk
Sperma
sel
telur
Zigot
(keturunan)
Gambar penentuan jenis kelamin pada ayam
D. Tipe ZO
Pada unggas (ayam,
itik dsb) juga yang betina heterogametik, tetapi hanya memiliki sebuah kromosom
selamin saja (ZO atau XO), sedang yang jantan homogametik (ZZ atau XX).
E.
Tipe
Ploidi
Beberapa serangga dapat melakukan partenogenesis, artinya
dari sel telur dapat terbentuk makhluk baru tanpa didahului pembuahan oleh
spermatozoa.
Contohnya lebah madu (Apis
sp.)
Dibuahi
spermatozoa (n)
Sel telur (n) Lebah
betina(2n)
Partenogenesis
Sel telur (n) Lebah jantan (n)
Jelaslah bahwa penentuan jenis kelamin pada lebah madu
tidak dipengaruhi oleh kromosom kelamin seperti pada makhluk lainnya, melainkan
oleh sifat ploidi dan makhluknya. Lebah yang diploid (2n) adalah betina,
sedangkan yang haploid (n) adalah jantan.
Induk
Sperma sel telur
Zigot
(keturunan)
Gambar
penentuan jenis kelamin pada lebah
madu
III. RANGKAI
KELAMIN
A. Diagram
persilangan rangkai X pada Drosophila
Jika kita perhatikan Gambar 6.1.b, akan nampak bahwa
lalat F1 betina mempunyai mata seperti tetua jantannya, yaitu
normal/merah. Sebaliknya, lalat F1 jantan warna matanya seperti
tetua betinanya, yaitu putih. Pewarisan sifat semacam ini disebut sebagai criss
cross inheritance.
Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies
organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan
sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai
susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik.
Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan
menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X
dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik.
Rangkai X
pada kucing
Warna bulu
pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan heterozigot gen
ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise shell.
Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai pada
individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada
jenis kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan
hemizigot dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot
resesif (betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah
hemizigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah kromosom
X. Individu dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya kromosom X
dikatakan hemizigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif, individu
yang memilikinya disebut hemizigot resesif.
Rangkai X
pada manusia
Salah satu contoh gen rangkai X pada manusia adalah gen resesif yang
menyebabkan penyakit hemofilia, yaitu gangguan dalam proses pembekuan darah.
Sebenarnya, kasus hemofilia telah dijumpai sejak lama di negara-negara Arab
ketika beberapa anak laki-laki meninggal akibat perdarahan hebat setelah
dikhitan. Namun, waktu itu kematian akibat perdarahan ini hanya dianggap
sebagai takdir semata.
Hemofilia baru menjadi terkenal dan dipelajari pola pewarisannya setelah
beberapa anggota keluarga Kerajaan Inggris mengalaminya. Awalnya, salah seorang
di antara putra Ratu Victoria menderita hemofilia sementara dua di antara
putrinya karier atau heterozigot. Dari kedua putri yang heterozigot ini lahir
tiga cucu laki-laki yang menderita hemofilia dan empat cucu wanita yang
heterozigot. Melalui dua dari keempat cucu yang heterozigot inilah penyakit
hemofilia tersebar di kalangan keluarga Kerajaan Rusia dan Spanyol. Sementara
itu, anggota keluarga Kerajaan Inggris saat ini yang merupakan keturunan
putra/putri normal Ratu Victoria bebas dari penyakit hemofilia.
Rangkai Z
pada ayam
Pada
dasarnya pola pewarisan sifat rangkai Z sama dengan pewarisan sifat rangkai X.
Hanya saja, kalau pada rangkai X individu homogametik berjenis kelamin
pria/jantan sementara individu heterogametik berjenis kelamin wanita/betina,
pada rangkai Z justru terjadi sebaliknya. Individu homogametik (ZZ) adalah
jantan, sedang individu heterogametik (ZW) adalah betina.
Contoh gen
rangkai Z yang lazim dikemukakan adalah gen resesif br yang menyebabkan
pemerataan pigmentasi bulu secara normal pada ayam. Alelnya, Br, menyebabkan
bulu ayam menjadi burik. Jadi, pada kasus ini alel resesif justru dianggap
sebagai tipe alami atau normal (dilambangkan dengan +), sedang alel dominannya
merupakan alel mutan.
Pewarisan
Rangkai Y
Pada umumnya
kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat
sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen
rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel
dapat dideteksi keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah
abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh gen rangkai Y
jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat
stabil.
Gen rangkai
Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen
ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah
Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya
ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan
alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.
IV. PETA
SILSILAH
A. Pengertian
Peta Silsilah
Sifat-sifat yang dimiliki orang tua
diturunkan pada anaknya melalui pola pewarisan tertentu. Salah satu metode
mempelajari penurunan sifat manusia banyak digunakan adalah dengan metode asal
usul atau peta silsilah dalam bentuk pedigree (peta silsilah. Berbagai macam
symbol yang biasa digunakan pada pembuatan diagram silsilah ialah sebagai
berikut:
=
Laki-laki =
Wanita
Atau sifat
(fenotip) yang diselidiki
Pembawa
sifat atau karier
Parental
(orang tua)
Anak
Atau
Kembar
biasa
Atau
Atau kembar
identik
B. Penggunaan
peta silsilah
Peta silsilah biasa digunakan untuk melihat
penurunan jenis kelamin dan penurunan penyakit.Berikut merupaka contoh peta silsilah untuk penentuan
jenis kelamin dan menelusuri jenis penyakit
1.
Peta silsilah penurunan jenis kelamin
2.
Peta silsilah penurunan jenis penyakit dan golongan darah
Cacat dan penyakit menurun pada manusia dapat
disebabkan pleh gena yang terdapat pada autosom aatau oleh gena yang terdapat
pada kromosom seks (gonosom). Cirri
cacat atau penyakit menurun yaitu tidak dapat menular, sulit atau bahkan
tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diusahakan agar tidak terjadi pada
generasi berikutnya, dan umumnya disebabkan oleh gen resesif.
a. Cacat
atau penyakit menurun yang tidak Terpaut Kromosom Seks
Beberapa penyakitdan kelainan menurun yang tidak
terpaut kromosom seks atau bersifat autosomal antara lain:
1)
Albinisme
Merupakan
kelainan yang disebabkan tubuh seseorang tidak mampu memproduksi pigmen
melanin, sehingga rambut dan badanya putih Cacat albino memiliki penglihatan
yang peka terhadap cahaya, disebabkan irisnya tidak memiliki pigmen. Disebabkan
oleh gen resesif a. Orang normal memiliki genotip Aa atau AA, sedangkan orang
albino genotipnya aa
Simak contoh berikut ini! Pada kasus penyakit albinisme,
penyakit albino disebabkan oleh gen resesif a, sedangkan alelanya A menyebabkan
normal. Gen ini tidak terpaut kromosom kelamin (gonosom) melainkan terpaut
kromosom tubuh (autosom). Perhatikan peta silsilah berikut ini:
b
|
a
|
f
|
e
|
d
|
c
|
j
|
k
|
i
|
h
|
g
|
a.
l
|
m
|
b.
Peta
silsilah yang terdiri dari 4 generasi (generasi I, generasi II, generasi III,
dan generasi IV) di atas dapat diuraikan tentang fenotip dan genotipnya,
sebagai berikut:
1.
Fenotip
-
laki-laki normal adalah individu I a, II d, dan IV l
-
laki-laki normal carier adalah II e dan III i
-
laki-laki albino adalah III h
-
perempuan normal adalah II c, III g, III k
-
perempuan normal carier adalah I b, II f, III j, dan IV m
2.
Genotip
Pada
kasus pewarisan sifat albino di atas adalah mudah untuk menentukan genotipnya
yaitu hanya dengan melihat jenis arsiran pada simbol yang digunakan, yaitu
sebagai berikut:
AA
(normal homozigot) terdapat pada individu: I a, II c, II d, III g, III k, IV l
Aa
(normal heterozygot/normal carier) terdapat pada individu: I b, II e, II f, III
i, dan III j
aa
(albino) adalah individu III h.
2)
Polidaktili
Poldaktili
merupakan kelainan genetika yang ditandai banyaknya jari tangan atau jari
tangan yang melebihi normal.Perhatikan gambar berikut.
Polidaktili
disebabkan oleh gena dominan P sehingga penderita polidaktili memiliki genotip
PP atau Pp. Genetip orang berjari normal yaitu pp. Perhatikan peta silsilah
pewarisan gena buta warna berikut:
b
|
a
f
|
e
|
d
|
c
|
j
|
k
|
i
|
h
|
g
|
l
|
m
|
1. Fenotip
- laki-laki normal adalah
individu I a, II d, dan IV l
- laki-laki normal carier adalah
II e dan III i
- laki-laki polidaktili adalah III
h
- perempuan normal adalah II c,
III g, III k
- perempuan normal carier adalah
I b, II f, III j, dan IV m
2. Genotip
Pada kasus pewarisan sifat
polidaktili di atas adalah mudah untuk menentukan genotipnya yaitu hanya dengan
melihat jenis arsiran pada simbol yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
PP (polidaktili homozigot)
terdapat pada individu: I a, II c, II d, III g, III k, IV l
Pp (Polidaktili heterozygot)
terdapat pada individu: I b, II e, II f, III i, dan III j
aa (normal) adalah individu III
h.
3)
Thalesmania
Thalesmaia
merupakan kelainan genetika karena rendahnya pembentukan hemoglobin.
Thalesmania disebabkan karena gena dominan Th, sedangkan alelnya menentukan
sifat normal. Penderita thalesmania bergenotip ThTh (thalasmania mayor) atau
Thth (thalesmania minor). Berikut adalah contoh peta sisilah penurunan
thalesmania.
1. Cacat atau penyakit menurun yang
Terpaut Kromosom Seks
a. Hemofilia
Hemofilia
adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku.
Penderita hemofilia jika terluka darahnya akan membeku sekitar 50 mnt – 2 jam,
hal ini akan mengakibatkan penderita mengalami kehilangan banyak darah dan
dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif (h) yang
terpaut kromosom X. Contoh silsilah penyakit hemofilia adalah pada keluarga
kerajaan Eropa. Ratu Victoria dari Inggris menderita hemofilia.
~ Genotip wanita hemofilia:
HH
= XHXH = Homozigot dominan = normal
Hh
= XHXh = heterozigot = carier = pembawa sifat
Hh
= XhXh = homozigot resesif = penderita hemofilia
~ genotip laki-laki hemofilia:
XHY
= laki-laki normal
XhY = laki-laki hemophilia
b. Buta
Warna
Buta warna
adalah penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan
warna merah dengan biru, atau kuning dengan hijau Disebabkan oleh gen resesif
cb (color blind)gen buta warna terpaut pada kromosom X
genotip buta
warna adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa laki-laki tidak
ada yang carier atau pembawa
Berikut adalah peta silsilah penurunan buta warna:
(XXc) (XY)
II
(XX)
(XX) (XY) (XcY) (XXc)
III
(XXc) (XY)
(XcY) (XcY)
Keterangan
1. Laki-laki normal (XY)
2.
Laki-laki buta warna (XcY)
3.
Perempuan normal (XX)
4.
Perempuan normal carier (XXc)
Catatan:
1. Gen buta warna adalah gen resesif yang terpaut X dilambangkan Xc
sedangkan alelanya yang menyebabkan normal sering t
2.
3.
idak ditulis atau juga
dilambangkan dengan C sehingga menjadi XC.
2. Sama seperti
pada penyakit yang terpaut autosom, dalam menuliskan simbol untuk individu
yang normal carier dibuat tanpa menggunakan arsiran sama sekali, sehingga
untuk mencari genotipnya perlu dilakukan analisis baik dari generasi
sesudahnya (filialnya) dan atau dari generasi sebelumnya (parentalnya).
|
Setelah kita mempelajari peta silsilah jenis penyakit,
selanjutnya kita akan mempelajari peta silsilah pewarisan darah. Berikut akan dibahas mengenai peta silsilah
golongan darah pada manusia. Perhatikan peta silsilah berikut;
I
p
|
o
|
q
|
n
|
m
|
t
|
u
|
s
|
r
|
Selain penyakit, ada lagi penggunaan peta silsilah dalam kehidupan
sehari-hari yaitu pada penurunan golongan darah. Golongan darah merupakan salah
satu karakter yang diwariskan pada manusia. Terdapat 2 jenis
sistem penggolongan darah pada manusia yaitu sistem ABO, sistem MN.
1.
Golongan darah
sistem ABO
DAFTAR
PUSTAKA
Ariyulina,
Dyah. 2006. IPA Biologi untuk SMA Kelas
XII. Bandung: Esis
Sembiring,
Langkah. 2004. IPA Biologi untuk SMA
Kelas XII B. Semarang: Sunda Kelapa Pustaka
download file di sini
0 komentar:
Posting Komentar