Rabu, 06 Juni 2012

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL


download file di sini

Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotipe yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotipe yang diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotipe hukum Mendel semula.
Berdasarkan hukum Mendel II, Mendel menyimpulkan bahwa alel yang satu tidak saling mempengaruhi segregasi pasangan alel lainnya yang mentukan sifat berbeda. Gen-gen tersebut secara bebas berpasangan dan memunculkan sifat tertentu pada individu. Akan tetapi, beberapa pemunculan sifat dapat menyimpang dari hukum Mendel, peristiwa ini disebut peristiwa semu hukum Mendel. Bentuk-bentuk penyimpangan hukum Mendel antara lain : interaksi gen, kriptomeri, epistasis-hipotasis, dan polimeri.  
1.        Interaksi  Gen
Interaksi beberapa gen dapat memunculkan sifat tertentu. William Bateson dan R. C. Punnet melakukan penelitian tentang jengger ayam yang merupakan contoh interaksi gen. Ayam wyandotte memiliki jengger mawar (rose) disilangkan dengan ayam brahma yang memiliki jengger biji ( pea ) menghasilkan F1 ayam berjengger sumpel ( walnut ). Jengger walnut merupakan sifat yang tidak ada pada kedua parentalnya. Ketika ayam berjengger walnut disilangkan sesamanya ternyata sifat walnut dan jengger kedua parental muncul kembali. Selain itu, juga terdapat sifat baru berupa jengger bilah ( single ) yang bukan merupakan sifat parental maupun F1. Kekhasan pada interaksi gen bahwa rasio fenotipe F2 yang sama dengan persilangan dihibrid Hukum Mendel, yaitu walnut : rose : pea : single adalah 9 : 3 : 3: 1. Akan tetapi interaksi gen menghasilkan keturunan baru yang sama sekali berbeda dengan kedua parentalnya. Hal tersebut menunjukan bahwa dua pasang gen dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi fenotipe yang sama. Jika pasangan gen tersebut muncul sendirian, dapat mengekspresikan sifat lainnya.
 Penyimpangan Semu Hukum Mendel         Penyimpangan Semu Hukum Mendel
R-pp  : pial Ros/Gerigi              rrP- : pial Pea/Biji
 Penyimpangan Semu Hukum Mendel          Penyimpangan Semu Hukum Mendel
R-P- : pial Walnut/Sumpel        rrpp : pial Single/Bilah
Parental           RRpp   ><        rrPP
            (rose)               (pea)
Gamet             RrPp    ><        RrPp
            (walnut)           (walnut)
Hasil Persilangan F2
Gamet
RP
Rp
rP
rp
RP
RRPP
RRPp
RrPP
RrPp
(walnut)
(walnut)
(walnut)
(walnut)
Rp
RRPp
RRpp
RrPp
Rrpp
(walnut)
(rose)
(walnut)
(rose)
rP
RrPP
RrPp
rrPP
rrPp
(walnut)
(walnut)
(pea)
(pea)
rp
RrPp
Rrpp
rrPp
rrpp
(walnut)
(rose)
(pea)
(single)

Rasio fenotif F2 walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1
 


2.     Kriptomeri
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya. Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel berada bersama
 Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Contoh: persilangan Linaria maroccana
A    : ada anthosianin            B    : protoplasma basa
a    : tak ada anthosianin       b    : protoplasma tidak basa
P    :      merah          x        putih
            AAbb                      aaBB
F1    :    AaBb    = ungu     -     warna ungu muncul karena A dan B berada bersama
P2    :    AaBb        x        AaBb
F2    :    9 A-B-     : ungu
            3 A-bb    : merah
            3 aaB-    : putih
            1 aabb   : putih
Hasil Persilangan F2
Gamet
AB
Ab
aB
ab
AB
AABB
AABb
AaBB
AaBb
(ungu)
(ungu)
(ungu)
(ungu)
Ab
AABb
AAbb
AaBb
Aabb
(ungu)
(merah)
(ungu)
(merah)
aB
AaBB
AaBb
aaBB
aaBb
(ungu)
(ungu)
(putih)
(putih)
ab
AaBb
Aabb
aaBb
aabb
(ungu)
(merah)
(putih)
(putih)
Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

3.    Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut hipostasis.
 Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.
P    :    hitam        x        kuning
           HHkk                 hhKK
F1    :    HhKh = hitam
Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi) terhadap hitam
P2    :    HhKk        x        HhKk
F2     :    9 H-K-    : hitam
             3 H-kk    : hitam
             3 hhK-    : kuning
             1 hhkk    : putih



Hasil Persilangan F2
Gamet
HK
Hk
hK
hk
HK
HHKK
HHKk
HhKK
HhKk
(hitam)
(hitam)
(hitam)
(hitam)
Hk
HHKk
HHkk
HhKk
Hhkk
(hitam)
(hitam)
(hitam)
(hitam)
hK
HhKK
HhKk
hhKK
hhKK
(hitam)
(hitam)
(kuning)
(kuning)
hk
HhKk
Hhkk
hhKk
Hhkk
(hitam)
(hitam)
(kuning)
(putih)
Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

4.    Polimeri
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri yaitu makin banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin kuat.
 Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih
P    :    gandum berkulit merah    x         gandum berkulit putih
            M1M1M2M2                             m1m1m2m2
F1     :   M1m1M2m2 = merah muda
P2    :    M1m1M2m2        x        M1m1M2m2
F2    :    9 M1- M2 -          : merah – merah tua sekali
            3 M1- m2m2        : merah muda – merah tua
            3 m1m1M2 -        : merah muda – merah tua
            1 m1m1m2m2     : putih
  • Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama berpengaruh terhadap warna merah gandum.
  • Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.
    • 4M = merah tua sekali
    • 3M = merah tua
    • 2M = merah
    • M = merah muda
    • m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh hasil persilangan F2 yaitu:
Gamet
MM
Mm
mM
mm
MM
MMMM
MMMm
MmMM
MmMm
(merah)
(merah)
(merah)
(merah)
Mm
MMMm
MMmm
MmMm
Mmmm
(merah)
(merah)
(merah)
(merah)
mM
MmMM
MmMm
mmMM
mmMm
(merah)
(merah)
(merah)
(merah)
mm
MmMm
Mmmm
mmMm
mmmm
(merah)
(merah)
(merah)
(putih)
Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1




DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes