Pertumbuhan,
Pola Klorosis, dan Kandungan Klorofil Daun Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans)
pada Media Mengandung Kromat dan Sulfat
Krom
(Cr) merupakan salah satu logam berat pencemar lingkungan yang terdistribusi
luas di alam. Keberadaan Cr di alam dapat disebabkan oleh pelapukan batuan,
penggunaan pupuk dan pembuangan limbah industri yang mengandung krom.
Logam
berat Cr berpotensi menimbulkan kerusakan pada tanaman dan ekosistem. Efek
toksis krom terhadap tumbuhan tidak lepas dari akumulasi logam berat ini di
dalam jaringan. Krom paling banyak diakumulasi di dalam akar. Toksisitas akibat
akumulasi krom sangat dipengaruhi oleh sifat toleransi tumbuhan terhadap logam
berat tersebut. Seperti logam berat yang lain, krom yang terakumulasi di dalam
jaringan tumbuhan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas fisiologis.
Menurut
Srivastava dan Gupta (1996) toksisitas krom umumnya menghambat pertumbuhan akar
dan tunas, serta menginduksi terjadinya klorosis pada daun. Tanaman mengalami
penghambatan pertumbuhan, akar mengalami nekrosis, daun layu dan jumlah tunas
sedikit. Pemberian perlakuan kromat selain
menghambat pertumbuhan daun secara individu maupun mengurangi jumlah total daun
dan tunas pertanaman, juga menghambat pembentukan klorofil pada daun dan
menyebabkan terjadinya klorosis pada daun.
Pola
klorosis yang muncul pada daun tanaman kangkung yang diberi perlakuan kromat
konsentrasi tinggi (10 mg/l) menunjukkan bahwa kromat diserap lebih banyak
dibandingkan sulfat, sehingga tanaman mengalami defisiensi S. Pengaruhnya dapat
dilihat dari pola klorosis yang lebih mendekati kemiripan dengan pola klorosis
pada tanaman yang mengalami defisiensi S.
Peningkatan
konsentrasi sulfat juga menaikkan persentase jumlah tanaman dan daun yang
mengalami klorosis. Sedangkan interaksi antara sulfat dan kromat menunjukkan,
bahwa baik pada perlakuan kromat rendah maupun tinggi, kenaikan konsentrasi
sulfat meningkatkan persentase jumlah tanaman dan daun yang mengalami klorosis,
namun hanya pada perlakuan sulfat sebesar 768,9 mg/l dengan perlakuan kromat
tinggi persentase jumlah tanaman dan daun yang mengalami klorosis mencapai
nilai paling rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi perlakuan sulfat
sebesar 768,9 mg/l dengan perlakuan kromat tinggi, penghambatan sulfat terhadap
kemunculan simptom toksisitas Cr dapat diturunkan secara lebih efektif dibandingkan
perlakuan yang lain.
Pengaruh
krom terhadap munculnya simptom toksisitas berupa klorosis pada daun tanaman
kangkung sesuai deng hansil penelitian yang telah dilakukan banyak peneliti,
diantaranya pada tanaman kapas (Zelikovitch dan Weisel, 1981), Sinapsis alba (Gundersen dkk., 1982), Phaseolus vulgaris cv. Contender
(Barcelo dkk., 1995), dan Ipomoea
aquatica Forsk. Cv. Bamboo Leaf (Sun dan Wu, 1998). Klorosis akibat
toksisitas Cr, menurut Barcelo dkk. (1986) disebabkan oleh adanya penghambatan
transpor Fe dan Zn ke daun oleh logam berat Cr. Terjadinya klorosis pada
tanaman dan daun kangkung yang diberi perlakuan kromat dan sulfat juga didukung
oleh adanya penurunan kandungan klorofil pada daun.
Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa prospek penggunaan sifat interaksi di antara
ion salah satunya adalah sifat antagonistic uptake
ion oleh tanaman sangat menjanjikan untuk menurunkan efek toksik dari logam
berat terhadap tanaman. Sulfat sebagai salah satu unsure makro essensial yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dan diperlukkan dalam jumlah besar
sangat potensial digunakan untuk menurunkan atau menekan toksisitas logam berat
dengan memanfaatkan karakteristik dari interaksi ion sulfat dengan ion yang
lain, terutama dengan ion logam berat.
Potensi
penghambatan sulfat terhadap efek toksik kromat dapat ditunjukkan pada
konsentrasi tertinggi dari perlakuan yang diberikan, namun demikian batas
konsentrasi ini mungkin masih dapat ditingkatkan agar penghambatannya lebih
optimal dan lebih efektif.
Daftar Pustaka
Susanto, Nugraha. 2006. Pertumbuhan,
pola klorosis, dan kandungan klorofil daun tanaman kangkung (Ipomoea reptans)
pada media mengandung kromat dan sulfat. Organisme, Vol 1 (2) : 71-84. Jurnal Biologi.
Semarang: Media Wiyata.
0 komentar:
Posting Komentar