Selasa, 05 Juni 2012

Tuna Daksa


Klasifikasi ABK dengan Gangguan Motorik
Gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah (overflow movements) misalnya ketika anak menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja. Berbagai gejala gangguan perkembangan motorik anak dapat dikenali pada saat anak berolahraga, menari, atau menulis. Anak dengan gangguan motorik ini biasanya dikenal dengan Tunadaksa. Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh 
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Mereka mengalami kelainan gerak karean kelayuhan otot atau gangguan syaraf otak (disebut Cerebral Palsy/ CP), kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik, tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedangkan yang memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Pengertian anak tunadaksa dapat dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.
Dari segi fungsi fisiknya, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya terganggu sehingga mengalami kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan pendidikan khusus.
Peristilahan dalam kelumpuhan dibagi menurut daerah kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua anggota gerak bawah disebut paraparalise.
1.      Ciri-ciri anak tunadaksa:
a.       Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
b.      Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa)
c.       Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/ tidak terkendali, bergetar)
d.      Terdapat cacat pada anggota gerak.
e.       Anggota gerak layu, kaku, lemah/ lumpih.

2.      Kebutuhan pembelajaran anak tunadaksa
Guru sebelum memberikan pelayanan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a.       Segi kesehatan
Apakah ia mempunyai kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, kalau digerakkan sakit sendinya dan masalah lain seperti harus meminum obat dsb.
b.      Kemampuan gerak dan mobilitas
Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak dsb. Hal ini berhubungan dengan lingkungan yang harus di persiapkan.
c.       Kemampuan berkomunikasi
Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan, isyarat)
d.      Kemampuan dalam merawat diri
Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Misalnya dalam berpakaian, mandi, dll.
e.       Posisi.
Bagaimana posisi anak tersebut pada waktu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, waktu istirahat, di kamar kecil, saat makan dan sebagainya. Sehingga physical therapy sangat diperlukan.

3.      Klasifikasi Anak Tunadaksa 
Klasifikasi anak tunadaksa berdasarkan kelainan pada sistem saraf pusat (Cerebral System Disorders) digolongkan menjadi :

a. Penggolongan Celebrai palsy menurut derajat kecacatan meliputi:
- Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri.
- Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri. 
- Golongan Berat, Golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.
b. Penggologan Celebral Palsy menurut Topografi 
- Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan. 
- Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, Al Tangan kanan dan kaki kanan.
- Paraplegi, Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
-Diplegi, Lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri. 
-Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya. 
c. Penggolongan menurut Fisiologi (Motorik), meliputi :
Spastik, Atetoid, Ataxia, Tremor, Rigid dan Tipe campuran. 
4.      Penyebab Tunadaksa 
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada:
a.       Sebab sebelum lahir, antara lain : terjadi infeksi penyakit, kelainan  kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (Kecelakaan). 
b.      Sebab pada saat kelahiran, antara lain : proses kelahiran terlalu lama, proses kelahiran yang mengalami kesulitan, pemakaian Anestasi yang melebihi ketentuan. 
c.       Sebab setelah proses kelahiran, antara lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit dan ataxia.


Kesimpulan:
Anak yang memiliki gangguan motorik disebut tunadaksa. Kelainan yang dialami tunadaksa yaitu cacat pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Anak tunadaksa memiliki cirri-ciri tersendiri.Dalam menghadai tunadaksa, seorang guru harus mempertimbangkan banyak aspek, sedangkan penggolongan anak tunadaksa ada berdasarkan saraf pusat yaitu menurut derajat kecacatan, topografi dan fisiologi. Penyebab tunadaksa terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir dan setelah proses lahir.
Dr. Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.
Abddul Salim, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebituhan Khusus Secara Inklusif. Surakarta: ?????????????????????

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes