Jumat, 06 April 2012

Konsep Evaluasi Pembelajaran

untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^


                                       Konsep Evaluasi Pembelajaran

   
Arikunto menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Sedangkan Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pengukuran adalah pemerolehan data individu secara numeric sehingga dapat menentukan kedudukan seseorang berdasar ciri–ciri tertentu yang akan diukur. Sedangkan penilaian merupakan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif (Suharsimi Arikunto, 1990 : 3). Groundlund (1985 : 1) menyatakan many of the instructional decisions a teacher makes depend on informal classroom observation. Pandangan ini menunjukan bahwa keputusan–keputusan pembelajaran yang dilakukan guru tergantung pada informasi informal pengamatan kelas, artinya guru memutuskan bagaimana pembelajaran dilaksanakan, pemilihan strategi, metode ditentukan sejauh mana guru memperoleh informasi berdasar pengamatannya di kelas. Untuk memperoleh informasi lengkap guru memerlukan berbagai kegiatan, salah satunya adalah evaluasi. Evaluasi memberikan banyak informasi, antara lain; kemampuan awal, kebutuhan, dan tingkat perkembangan belajar murid. Dengan dilakukan evaluasi kita dapat mendeskripsikan kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar di kelas,  menentukan tindak lanjut hasil penilaian serta  memberikan pertanggung jawaban.

Macam–macam Evaluasi antara lain; evaluasi formatif, sumatif, diagnostik. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
   
Hasil dari dari evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum yang akan digunakan sebagai pedoman pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi kurikulum dalam pembelajaran akan dapat diketahui efektivitasnya, jika kita mengadakan evaluasi. Evaluasi dapat meliputi keseluruhan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, atau sekolah atau kelas atau mata pelajaran. Untuk itu evaluasi harus otentik. Evaluasi dikatakan otentik apabila perencanaan, komprehensif, penyusunan, pelaksanaan, pensekoran dan interpretasi evaluasi benar – benar kondisi asli. Evaluasi tidak kena bias atau penyimpangan, misalnya : evaluasi sengaja dibuat mudah, pelaksanaan memungkinkan individu tidak bekerja dengan kemampuannya, pensekoran tidak ditambah atau dikurangi, tidak terbias hubungan saudara, keadaan individu memang dalam keadaan siapa melaksanakan evaluasi.
   
Di sekolah dasar digunakan skala sebelas, yaitu : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, namu pada kenyataannya angka–angka yang digunakan sebagai simbol nilai hanya 6, 7, 8 sebgai simbol dominan dan 4, 5, 9 sangat jarang, dan 0, 1, 2, 3, 10 tidak pernah digunakan. Hal tersebut dengan pertimbangan administratif managerial dibanding pertimbangan penilaian pendidikan yang sebernarnya. Penggunaan skala yang tidak seragam menyebabkan rancunya informasi bagi guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian perlu adanya penggunaan skala yang dilakukan secara konsekuen untuk penilaian, jika penilaian akan digunakan dengan pengangkaan (kuantifikasi nilai), sehingga kita dapat mengartikan angka-angka yang digunakan menjadi bermakna.



untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ABK

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.

B. Klasifikasi ABK dengan Gangguan Mental Rendah atau Tunagrahita

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Tunagrahita atau Retardasi Mental berarti keterbelakangan mental. Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) Mendefinisikan tungrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh daya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Sehingga dapat diketahui tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual dibawah rata-rata. Anak yang menderita tunagrahita kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Seseorang dapat diukur tingkat kecerdasannya melalui tes intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quitient). Klasifikasi ABK dengan gangguan mental rendah (Tunagrahita) berdasarkan skor IQ sebagai berikut:

1.    Tunagrahita ringan memiliki IQ 50-70 (Mild atau Debil atau Moron atau Mampu Didik)

Anak tunagrahita ringan atau mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain membaca, menulis, dan berhitung, serta kepentingan kerja dikemudian hari.

2.    Tunagrahita sedang memiliki IQ 25-50 (Imbecile atau Moderate atau Mampu Latih)

Anak tunagrahita sedang atau mampu latih (imbecile) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedimikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, ada beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan, seperti belajar mengurus diri sendiri misalnya mandi, belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya, dan mempelajari kegunaan ekonomi dimanapun ia berada.

3.    Tunagrahita berat memiliki IQ dibawah 25 (Idiot atau Mampu Rawat)

Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Tunagrahita 

Menurut Kaplan 1997 gangguan mental rendah atau tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa factor, yaitu:

1.    Genetik (Kromosom Bawaan), meliputi:

a.    Sindroma down (mongoloid) dengan karakteristik mata yang sipit, dan hidung yang pesek. Faktor penyebab dalam gangguan kromosom, diantaranya yaitu bertambahnya usia ibu, dan radiasi sinar-X. Orang dengan sindroma down menunjukkan pemburukan yang jelas dalam bahasa, daya ingat, keterampilan merawat diri sendiri, dan memecahkan masalah dalam usia 30 tahunan.

b.    Sindroma X rapuh merupakan penyebab tunggal kedua pada tunagrahita. Sindroma ini disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai tempat rapuh. Ciri yang terlihat adalah kepala yang besar dan panjang dan perawakan pendek. Ciri perilaku orang dengan sindroma ini adalah tingginya angka hiperaktivitas dan gangguan belajar.

c.    Sindroma Prader-Willi, merupakan akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15. Orang-orang dengan sindroma ini menunjukkan perilaku makan yang terlalu dan seringkali obesitas, tunagrahita,  perawakan pendek, hipotonia, tangan dan kaki yang kecil.

d.    Sindroma tangisan kucing (cat cry syndrome). Anak-anak dengan sindroma ini kehilangan bagian kromosom 5. Mereka seringkali mengalami penyimpangan kromosom, seperti telinga yang letaknya rendah, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing yang karakteristik disebabkan oleh kelainan laring, dan sindroma ini menghilang seiring dengan bertambahnya usia.

2.    Faktor genetik lain, meliputi:

a.    Femilketonuria (PKU), merupakan gangguan metabolisme bawaan. Sebagian besar pasien ini mengalami tingkat keparahan tunagrahita yang berat, tetapi beberapa dilaporkan mengalami kecerdasan yang normal. Gambaran anak dengan PKU adalah hiperaktif  dan menunjukkan gerakan yang aneh pada tubuhnya dan memuntir tangan, perilaku mereka terkadang menyerupai anak yang autis. Komunikasi verbal dan nonverbal  biasanya terganggu.

b.    Gangguan Rett, merupakan sindroma tunagrahita dominan terkait-X yang degeneratif dan hanya mengenai wanita. Pemburukan keterampilan komunikasi perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada usia 1,5 tahun.

c.    Neurofibromatosis, merupakan sindroma neurokutaneus yang paling sering disebabkan oleh gen dominan tunggal. Gangguan ini mungkin diturunkan, atau mungkin juga karena mutasi gen yang baru.

d.    Sklerosis tuberosis merupakan sindrom neurokutaneus yang kedua. Angka autisme yang lebih tinggi dibandingkan gangguan intelektual akan menyebabkan orang memperkirakan gangguan ini.

e.    Sindroma Lesch-Nyhan, merupakan suatu gangguan yang jarang disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme urin. Sindroma ini disertai dengan menggigit mulut dan jari-jari.

f.    Adrenoleukodistrofi, menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, dan perkembangan menuju kematian.

g.    Penyakit urin sirup maple, gejala klinis dari penyakit urin sirup maple tampak selama minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami  kejang, iregularitas pernapasan, dan hipoglikemia.

h.    Gangguan defisiensi enzim lain.

1)    Pada masa sebelum kelahiran (pra-natal)meliputi:

a)    Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama  tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal..

b)    Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit ini  seringkali memiliki klasifikasi serebral,  atau hidrosefalus.

c)    Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan pada keturunannya, termasuk tunagrahita.

d)    Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya. Penyakit ini menyebabkan tunagrahita ringan atau berat, dan pada kasus yang berat, meyebabkan hidrosefalus dan kejang.

e)    Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering adalah selama kelahiran. 

f)    Sindroma AIDS, menyebabkan banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah lahir cukup bulan karena terjadi lahir mati dan abortus spontan.

g)    Sindroma alcohol janin, seringkali, anak yang terkena, mengalami gangguan belajar dan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas.

h)    Pemaparan zat prenatal, pemaparan prenatal seperti heroin, oplate, seringkali menyebabkan seorang bayi yang kecil untuk usia kehamilannya, dengan lingkaran kepala di bawah persentil ke-10.

i)    Penyulit kehamilan, toksemia pada kehamilan dan diabetes maternal yang tidak terkendala memberikan bahaya bagi janin dan kadang-kadang menyebabkan tunagrahita.

2)    Pada saat kelahiran (perinatal) tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir premature.

3)    Pada saat setelah lahir (post-natal) penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi (kekurangan gizi), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan kecacatan mental.

4)    Faktor Sosiokultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia. Tunagrahita biasanya secara bermakna menonjol di antara orang kelompok sosioekonomi rendah dan banyak saudaranya yang terkena tunagrahita. Kehamilan pada remaja juga sering menjadi penyebab tunagrahita.

C. Klasifikasi ABK dengan Gangguan Motorik

Gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah (overflow movements) misalnya ketika anak menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja. Berbagai gejala gangguan perkembangan motorik anak dapat dikenali pada saat anak berolahraga, menari, atau menulis. Anak dengan gangguan motorik ini biasanya dikenal dengan Tunadaksa. Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

PENCITRAAN PUISI

untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^


                                                           PENCITRAAN PUISI

Citraan disebut juga imaji. Citraan Adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan dapat berarti  efek yang ditimbulkan oleh kata atau susunan kata dalam puisi terhadap pancaindera manusia. Citraan dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsur citraan dapat membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh.

Pada hakikatnya, permasalahan citraan atau pengimajinasian masih berkaitan dengan diksi. Artinya, pemilihan terhadap kata tertentu akan menyebakan daya bayang pembaca terhadap suatu hal. Daya bayang (imaji) pembaca tersentuh, karena dari beberapa indera dipancing untuk segera membayangkan sesuatau leawat daya bayang yang dimilki pembaca. Daya bayang ini tentu saja tergantung kepada kemampuan masing-masing pembaca.

Jenis Citraan dibagi menjadi 7, yakni:

1.    Citraan penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihat (mata). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat.

misalnya:

Sepasang mata biji sangat

Tajam tangannya lelancip gobang

2.    Citraan pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut.

misalnya:

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memandang

3.    Citraan perabaan, yaitu citraan yang melibatkan indera peraba (kulit), misalnya kasar, lembut, halus, basah, panas, dingin, dll.

misalnya:

Teraba nadiku makin bernafsu sangat cemas

Dan pelahan mengutus datang hari-hari mati

4.    Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera pencium (hidung). Kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dll.

misalnya:

Bau tubuhnya murni

Bagi bau rerumputan

5.    Citraan pencecapan, yaitu citraan yang melibatkan indera pencecap (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis, kecut, dll.

misalnya:

Lidahku telang mengecap

Kesat selera mau

6.    Citraan gerak, yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.

misalnya:

Pohon-pohon cemara menyerbu kampung-kampung

Bulan menceburkan dirinya ke kolam

7.     Citraan perasaan, yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan). Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian yang melibatkan perasaan.

untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

PKN Tolong Menolong

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^


PKN

Tolong Menolong

A.    Pencapaian Konsep

1.    Eksposisi

Tolong menolong merupakan sebuah tindakan yang dapat meringankam beban atau penderitaan orang yang lemah. Tolong menolong ini merupakan materi yang di tujukan untuk SD kelas 2 semester II.  Materi tolong menolong ini adalah salah satu materi yang dapat menanamkan budi pekerti dalam diri siswa. Dari sejak awal siswa ditanamkan budi pekerti agar dapat mebentuk karakter siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia. Karena jika kita membentuk seseorang yang masih muda, masih alami, asli dan baru maka akan lebih mudah dari pada membentuk seseorang yang sudah dewasa.

Tolong menolong ini merupakan tindakan yang mulia dan terhormat, apalagi didasari  rasa ikhlas dan tanpa pamrih. Tolong menolong ini dalam kehidupan nyata mencakup tiga lingkungan yaitu tolong menolong dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Tolong menolong dalam keluarga misalnya membantu pekerjaan orang tua dirumah, mencuci piring, menyapu lantai, membantu adik dalam mengerjakan PR dan lain-lain. Dalam lingkungan sekolah, tolong menolong misalnya belajar bersama teman atau mengajari teman ketika belum paham tentang pelajaran. Dalam lingkungan masyarakat tolong menolong misalnya dapat dilakukan dengan memberi sedekah pada pengemis dan lain-lain.

2.    Fasilitasi

Setelah mengetahui materi mengenai tolong menolong, guru dapat memberikan fasilitas pada siswa selain menerangkan matei dengan metode ceramah dapat berupa media pembelajaran. Karena meteri tolong mneolong ini ditujukan untuk kelas 2 SD menggunakan media yang menarik siswa untuk dapat melihat, merenung dan melakukannya. Misalnya media yang digunakan dapat berupa gambar-gambar contoh sikap tolong menolong dalam lingkup keluarga, sekolah dan masyarakat. Tentunya menggunakan warna yang cerah dan gambar yang menarik.  

3.    Observasi

Dari tahap eksposisi dan fasilitasi selanjutnya siswa dapat melakukan observasi. Observasi disini maksudnya yaitu sebuah tindakan dari siswa berupa bayangan-bayangan atau angan-angan dari diri siswa mengenai materi tolong-menolong. Dalam observasi siswa sudah mempuyai gambaran dalam pikirannya bahwa tolong-menolong mialnya berupa dia (siswa) memberi bantuan pada temannya berupa meminjamkan pensil atau alat tulis yang lain dan mungkin memberi bantuan korban bencana alam.

4.    Analisis

Setelah guru memberikan penjelasan materi dan juga fasilitas-fasilitas pembelajaran berupa media yang berkitan erat mengenai tolong-menolong, dalam diri siswa pasti timbul berbagai pertanyaan berupa apa saja sikap tolong menolong? Bagaimana menolong yang baik? Atau mungkin dari sekian banyak siswa ada yang menanyakan “Bu/pak guru apakah memberi contekan pada teman ketika ulangan  itu merupakan sikap tolong menolong?” Inilah yang dimaksud siswa sudah memasuki tahap analisis.  

5.    Justifikasi

Dalam bagian justifikasi ini guru membenarkan atau memberi penegasan atau pemantapan atas masalah siswa atau pertanyaan dari siswa yang di ajukan pada guru. Misalnya salah satu pertanyaan “Bu/pak guru apakah memberi contekan pada teman ketika ulangan  itu merupakan sikap tolong menolong?”, nah disinilah tugas guru untuk membenarkan pemahaman pada siswa mengenai tolong menolong yang baik, memberi arahan pada siswa bahwa memberikan contekan pada teman memang tindakan tolong-menolong tetapi itu adalah tolong-menolong yang tidak baik. Dan sebaiknya tolong menolong yang seperti itu tida perlu dilakukan.

6.    Konseptualisasi

Setelah guru memberikan arahan, memantapkan dan menegaskan pemahaman siswa mengenai tolong-menolong yang baik dan yang buruk, dalam diri siswa sudah dapat mengerti bahwa mencontek memang tindakan tolong-menolong tetapi dalam hal bukan kebaikan. Bahwa tolong menolong yang baik yaitu tolong menolong yang bukan melakukan kecurangan, melainkan yang selalu dengan kejujuran.  

B.    Klarifikasi nilai

1.    Konsep dan nilai

Setelah siswa sudah melewati tahap pencapaian konsep tersebut maka pastilah dalam diri siswa sudah tertanamkan konsep dan nilai-nilai mengenai tolong-menolong. Disini siswa sudah paham apa itu tolong-menolong, bagaimana sajakah sikap tolong-menolong yang baik, serta sudah mengerti mana tolong-menolong yang baik dan yang tidak.

2.    Membentuk opini

Jika siswa sudah paham dan mengerti tentang materi tolong-menolong baik itu konsep dan nilainya, maka siswa sudah mempunyai pendapat dalam benak pikirannya bahwa tolong menolong itu ternyata bisa saling menguntungkan satu sama lain, yang di tolong bisa merasa bebannya terkurangi dan yang menolong juga bisa merasa senang karena sudah membantu. Selain itu mungkin siswa bisa berpendapat “ jika aku menolong temanku maka aku nanti akan disukai banyak teman dan aku mendapatkan pahala dari Tuhan”.

3.    Membentuk keputusan

Setelah siswa sudah berpendapat bagaimanakah tentang tolong-menolong, siswa sudah mengetahui keuntungan atau manfaat jika menolong orang lain maka dalam diri mereka ada yang memutuskan untuk menjadi orang yang penolong/dermawan dan ada pula mungkin siswa yang memutuskan untuk tidak menjadi orang yang penolong, mungkin merepotkan mereka atau alasan yang lain.

4.    Melakukan tindakan

Jika siswa yang mempunyai keputusan untuk menjadi orang yang penolong/dermawan maka siswa tersebut akan selalu siap untuk menolong orang lain yang kesusahan, tetapi bagi siswa yang memutuskan untuk tidak menjadi orang yang penolong mereka tidak akan selalu siap untuk menolong tergantung dari kemauan mereka saja.


untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Peran Guru sebagai Motivator dalam KTSP

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^


                                          Peran Guru sebagai Motivator dalam KTSP

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.

Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa

1.    Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.

2.    Membangkitkan minat siswa.

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :

•    Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.

•    Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.

•    Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikanpujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.

Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Perkalian Bilangan Bulat dan Sifat-sifatnya

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^



                                        Perkalian Bilangan Bulat dan Sifat-sifatnya

Bilangan Bulat
a. Pengertian Bilangan Bulat

Sebelum kita membahas perkalian bilangan bulat, mari kita pahami tentang bilangan bulat itu sendiri. Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :

• Bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …)
• Nol : 0
• Bulat Negatif ( …,-5,-4,-3,-2,-1)

Himpunan Bilangan bulat

A = { …, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, … }

Garis bilangan bulat : 


-4     -3     -2     -1     0     1     2     3     4



Bilangan bulat negative                        Bilangan bulat positif
Bilangan nol


Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan ganjil :

• Bilangan bulat genap { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }

Bilangan yang habis dibagi dengan 2

• Bilangan bulat ganjil { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }

Bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa -1 atau 1


b. Perkalian Bilangan bulat

Pada perkalian bilangan bulat berlaku, a x b = ab  hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif.

Contoh: 7 x 6 = 6 x 7 = 42

Pada perkalian bilangan bulat berlaku, a x –b = -ab  hasil pekalian bilangan bulat positif dan negatif hasilnya adalah bilangan bulat negatif

Contoh : 3 x -4 = -12

Pada perkalian bilangan bulat berlaku, -a x -b = ab  hasil perkalian dua bilangan negatif adalah bilangan bulat positif

Contoh : -4 x -5 = 20

Pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat Asosiatif, yaitu :

(a x b) x c = a x (b x c)

Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3x4) = 24

Pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat Komutatif, yaitu :

a x b = b x a

Contoh : 5 x 4 = 4 x 5 = 20

Pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat Distributif, yaitu :

a x (b+c) = (a x b ) + (a x c)

Contoh : 3 x ( 2 +6) = (3 x 2) + (3 x 6) = 24

Unsur identitas untuk perkalian

- hasil perkalian bilangan bulat dengan nol hasilnya adalah bilangan nol
a x 0 = 0

- hasil perkalian bilangan bulat dengan 1 hasilnya adalah bilangan bulat itu juga
a x 1 = 1 x a = a

Perkalian bilangan bulat bersifat tertutup

Jika dua bilangan bulat dikalikan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga
a x b = c     ; a, b, c  €  bilangan bulat


untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Pembaharuan Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran Yang Bertujuan

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembaharuan Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran Yang Bertujuan

Seiring dengan perkembangan jaman, proses pembelajaran tahap demi tahap mengalami perubahan baik dalam strategi, metode dan tekhnik pembelajaran. Hal itu dikarenakan kebutuhan manusia akan pentingnya pendidikan. Pendidikan atau pembelajaran perlu terjadi seumur hidup dan dalam semua segi kehidupan. Masalahnya kemampuan seseorang untuk menyerap dan memiliki pengetahuan yang baru itu berbeda-beda, ada yang langsung dapat menerima dan memahami bahkan mengimplementasikan dan ada juga yang sebaliknya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pembaharuan atau inovasi dalam pembelajaran, baik untuk startegi, metode atau tekhnik pembelajaran.

Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik untuk mencapai tujuan yang bersifat implementatif.

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu contoh pembahuruan atau inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual (kontekstual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru menggunakan metode pembelajaran antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni konstruktivisme (contruktrivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Pembelajaran ini berdasarkan penelitian John Dewey ( Uustoharudin, 2005). Menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang akan terjadi di sekelilingnya.

B. Pendidikan Menjadikan Anak Kritis, Keatif dan Problem Solver

Berpikir kritis (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk melakukan analsis, menciptakan dan menggunakan kreatia secara objektif, dan melakukan evaluasi data. Berpkir kritis melibatkan keahlian berpikir yang meliputi: Berpikir kritis (Dalan Johonson, Elaine B, 2008) merupakan sebuah proses penting, terarah, dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan sebagainya. Berpkir kreatif merupakan kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli da pemahaman baru. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinal.

Anak adalah masa depan kita. Bagaimana anak ke depan sangat dipengaruhi oleh pola asuh kita saat ini. Tentu saja ini juga dipengaruhi oleh lingkungan belajar anak-anak di sekolah. Seiring dengan perubahan paradigma proses pendidikan saat ini. Memang kita akui saat ini lembaga-lembaga pendidikan sudah mengembangkan system pendidikan yang berorientasi pda bagaimana anak didik mampu menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru. Jadi proses pendidikan masa lalu seperti menuang air di dalam botol sudah banyak di tinggalkan. Namun demikian, kita sebagai orang tua tidak boleh berdiam begitu saja membiarkan seratus persen pendidikan anak pada sekolah-sekolah. Kita juga harus mampu berbuat sesuatu yang barangkali sekolah tidak cukup waktu membimbing anak-anak secara satu persatu. Dalam hal berpikir kritis misalnya. Selain di sekolah, di rumah juga harus dibiasakan juga agar apa yang didapati anak di sekolah sejalan dengan apa yang ditemukan di rumah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membuka wawa
san anak agar berpikir kritis. Hal lain yang lebih penting juga dalam mengembang berpikir kritis anak adalah dengan memberi anak mainan-mainan yang merangsang mereka untuk berpikir. Terkadang orang tua, karena tidak ingin rumahnya berantakan, maka membeli mainan anak yang instan. Sehingga anak hanya menggunakan saja permainan tersebut.

Penggunaan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang paling berharga yang bisa kita sampaikan kepada anak-anak kita. Keterampilan berpikir kritis sangat penting bagi pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah akademik dan seumur hidup. Hal yang paling penting adalah bagaimana anak selalu dibuat dalam keadaan gembira dan tidak ada pemaksaan. Buatlah kondisi sedemikian rupa agar anak bersenang-senang. Ketika anak-anak menikmati diskusi dengan orangtua dan guru mereka, mereka akan senang belajar.

Membangun sekolah dengan misi memercikkan kasih sayang kepada setiap individu untuk menjadi siswa yang seumur hidup punya kreativitas dan pola pikir kritis dengan menjaga nilai-nilai moral. Kreativitas dan pola pikir kritis, itulah kunci yang ditanamkan utama. Pementasan drama musikal itu hanya sebagian kecil kreativitas yang sukses digali, melalui pementasan perhatian anak akan lebih banyak lagi terhadap pertunjukan seni dan musik. Pembangunan karakter juga sangat penting. Contohnya, disiplin, rajin, kerja keras serta kontrol diri pada anak. Model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif juga turut andil mencetak siswa berpikir kritis. Pembelajaran di sini tidak bergantung pada buku. Namun lebih pada pemahaman anak. Suasana belajar mengajar yang PENA PENDIDIKAN saksikan jauh berbeda dari pembelajaran model klasikal, yang didominasi guru. Murid tak lagi terpaku pada buku-buku. Justru anak-anak yang aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, dengan bahasa Inggris fasih. Kala ada pertanyaan dari sang guru, hampir semua murid berebut menjawab.
   
Pada anak normal, artinya tak terbelakang pola penalarannya akan melalui tahapan-tahapan tertentu. Mula-mula ia akan bertanya tentang fakta-fakta, yaitu bertanya tentang "apa". Seiring dengan bertambahnya umur, ia makin memahami kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga ia pun mengembangkan rasa ingin tahunya dengan pertanyaan "mengapa". Nah, "mengapa" ini tentunya membutuh penjelasan dan nalar. Biasanya orang tua langsung panik ketika ditanya macam-macam oleh anak, apalagi kalau pertanyaannya sulit. Yang terjadi kemudian, karena tak bisa menjawab, orang tua lantas memotong pertanyaan anaknya atau malah menjawab secara ngawur. Yang diperlukan anak adalah jawaban simpel, sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Tapi itulah, orang tua cenderung berpikir sebagai orang dewasa, tak masuk ke jalan pikiran anak dan seperti apa yang diinginkan anak sekarang mungkin beda dengan pendapat orangtua.

Anak prasekolah, tengah berkembang pesat rasa ingin tahunya. Ia akan banyak tanya, bahkan terkesan bawel. Saat itulah sebenarnya orang tua mengasah sikap kritisnya. Semakin dini anak diasah sikap kritisnya

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Macam-macam Teori Belajar

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-macam Teori Belajar

1)    Teori Behavioristik

Secara umum teori behavouristik  lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat begitu pula sebaliknya.

Berikut ini tokoh  aliran behavioristik diantaranya adalah:

a.    Teori Belajar Menurut  Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi Thorndike  tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Sehingga kelemahan teori Thorndike adalah masih mengakui adanya stimulus dan respon yang tidak dapat diamati dan tidak bisa diukur padahal belajar seharusnya dapat diamati dan diukur agar  hasilnya  benar-benar berkualitas.

b.    Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut tidak perlu diperhitungkan karena dia juga tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.

c.    Teori Belajar menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun, dia sangat terpengaruh dengan teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Dia menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dalam seluruh kegiatan manusia sehingga dalam memberikan stimulus dikaitkan dengan kebutuhan biologis. Jadi, dalam teori ini kepuasan siswa dari aspek biologis khususnya kebutuhan yang bersifat material agar bisa terpenuhi sehigga tercapai keberhasilan dalam proses belajar .

d.    Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Demikian juga dengan Guthrie menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon  untuk menjelaskan proses belajar. Namun, dalam mengemukakan stimulus tidak dikaitkan dengan kebutuhan biologis seperti Cark Hull dia menjelaskan bahwa stimulus dan respon hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, stimulus harus sering diberikan agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap.

Guthrie juga percaya bahwa dalam proses belajar perlu adanya hukuman tetapi twntu saja hukuman yang diberikan harus sesuai dengan asumsi dan ideologi yang ada pada diri siswa.

e.    Teori Belajar Menurut Skinner

Skinner menjelaskan lebih baik lagi tentang belajar tidak sesederhana yang dikemukakan tokoh-tokoh sebelumya. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu, dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

2)    Teori Kognitif

Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Tokoh-tokoh yang mengembangkan aliran kognitif diantaranya adalah:


a.    Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang atau siswa adalah suatu proses yang bersifat genetik artinya proses belajar didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Perkembangan kognitif anak didasarkan atas beberapa  tahapan yaitu:

1.    Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
2.    Preoperasional (2-7/8 tahun)
3.    Operasional Konkret (7/8-11/12 tahun)
4.    Operasional Formal (11/12-18 tahun)

Guru harus memahami setiap tahap-tahap perkembangan kognitif peserta didiknya agar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap dan karakteristik siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien.

b.    Bruner

Menurutnya pembelajaran adalah suatu proses untk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa. Pembelajaran menurutnya dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas yang ada disekitar kehidupan siswa.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara gaya mengajar yang dilakukan dengan menggunakan cara kerja dari yang sederhana atau kecil kearah yang lebih rumit atau luas. Dalam istilah Bruner disebut dengan kurikulum spiral yang konsekuensinya adalah gaya pembelajarn yang bersifat sosial atau kontekstual yang berarti materi pelajaran dikaitkan dengan  realitas kehidupan peserta didik.

3)    Teori Konstruktivisme

Menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sehingga disini guru lebih sebagai fasilitator artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang harus  ditiru dan segala ucapan dan tindakannya selalu benar. Akan tetapi, siswa harus aktif, kreatif dan kritis.

4)    Teori Humanistik

Dalam teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori sebelumnya. Konsekuensinya guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Tokoh-tokoh yang menganut alitran humanistik diantaranya adalah:

a.    Kolb

Menurut Kolb ada 4 tahap dalam belajar sebagai berikut:

1.    Tahap pengalaman konkret

Belajar akan efektif jika desain dengan cara memberikan pengalaman secara optimal bagi peserta didik.Karena seseorang dapat merumuskan konsep-konsep atau prinsip-prisip bila dia mengalami dan merasakan suatu kejadian atau peristiwa. Namun, pada tahap ini siswa belum bisa memahami dan menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Maka dari itu, guru harus mampu menyediakan  fasilitas agar siswa dapat mengelaborasikan pengalamannya sebagai bahan untuk mengembangkan potensi yang dia miliki.

2.    Tahap pengamatan aktif dan reflektif

Dalam tahap ini siswa diberi kebebasan untuk melakukan pengamatan  secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Selain itu, siswa mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi dan mengapa hal itu bisa sehinga siswa dapat melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialami terjadi.

3.    Tahap konseptualisasi

Dalam tahap siswa diberi kebebasan untuk merumuskan hasil pengamatannya.

4.    Tahap eksperimen aktif

Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori secara nyata.

b.    Honey dan Mumford

Menurut kedua tokoh ini manusia memiliki karakteristik yang berbeda, ada 4 karakteristik yang dimaksud:

1.    Kelompok Aktivis/Penggerak

Dalam kegiatan belajar kelompok ini senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan baru, pemikiran baru, pengalaman baru dan sebagainya.

2.    Kelompok Perenung/Reflektor

Kelompok ini mempunyai ciri berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam melakukan tindakan, tidak mudah dipengaruhi sehingga mereka cenderung konservatif dan memiliki jiwa kemandirian dalam melakukan aktifitas.

3.    Kelompok Pengganggu

Kelompok ini mempunyai karakter sangat kritis, suka menanalisis, berpikir rasional dan mempunyai pendirian yang kuat.

4.    Kelompok Pragmatis

Kelompok ini mempunyai sifat yang praktis bagi mereka yang baik  dan berguna  jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

c.    Habermas

Menurut Habermas belajar akan efektif jika ada proses inteaksi antara individu dengan realitas sosial yang ada di sekitar dirinya sehigga guru harus mengkaitkan antara materi pelajaran dengan fenomena kehidupan siswa. Kategori lingkungan belajar tidak hanya meliputi lingkungan yang bersifat geografis tetapi juga lingkungan personal, lingkungan sosial dan kultural.

d.    Blomm dan Krathwohl

Kedua tokoh ini lebih menekankan pada apa yang mesti dikuasai individu(sebagai tujuan belajar) setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajarnya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang disebut dengan Taksonomi Blomm.  

e.    Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

f.    Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

1.    Suatu usaha yang positif untuk berkembang

2.    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

g.    Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1.    Kognitif (kebermaknaan)

2.    Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1.    Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2.    Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3.    Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4.    Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

B. Analisis Berbagai Teori Belajar

1)  Analisis Teori Behavioristik

Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini diterapkan dalam pembelajaran memang sangat berpengaruh terhadap siswa karena siswa memang membutuhkan penguatan seperti “ya pekerjaan kamu bagus patut diacungi jempol, besok lebih ditingkatkan lagi ya?.” Adanya hukuman juga dapat membuat siswa sadar akan kesalahannya dan tidak mengulangnya kembali namun hukuman juga bukan berarti dalam bentuk kekerasan. Inilah salah satu keunggulan dari teori behavoristik.

Adanya pencapaian target tertentu dalam teori behavoristik membuat siswa juga tidak kreatif dan tidak produktif inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut.. Teori behavioristik juga banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

2) Analisis Teori Kognitif

Teori ini dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa  menjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Semestinya, prosese pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.

3) Analisis Teori Konstruktivisme

Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun tidak harus di ruang kelas sehingga memberikan ruang gerak peserta didik yang luas untuk memperoleh pengetahuan. Di sini peserta didik tidak boleh pasif karena informasi dan pengetahuan yang di dapatkan terbatas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dalam proses belajar mengajar.




4)    Analisis Teori Humanistik

Dalam teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk membangun hal-hal yang positif  erat kaitannya dengan emosi positif. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang. Tugas guru lebih berat karena harus menampilkan karakter dan sifat yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebaiknya guru tidak membawa masalah pada saat mengajar karena dapat menganggu suasana dan jiwa peserta didik.

C. Pergeseran Teori Pembelajaran

a.    Pergeseran Teori Behaviorisme

Teori pembelajaran behaviorisme menekankan bahwa proses pembelajaran lebih menekankankan pada pemberian stimulus(rangsangan) dan respon yang muncul dari siswa. Pada model pembelajaran ini kualitas manusia dilihat dari aspek kinerja/perilaku yang dapat dilihat secara empirik(nyata). Jadi meskipun siswa sudah manguasai materi yang disampaikan apabila perilakunya tidak berubah maka dia tetap saja dianggap belum belajar. Disini guru sebagai pusat/titik sentral dalam pembelajran siswa bersifat pasif. Berhasil atau tidaknya pembelajaran tergantung pada stimulus yang diberikan oleh guru. Murid hanya memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya tidak diberi kebebasan untuk mengungkapkan gagasannya.

Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan (shaping) yang membawa siswa mencapai target tertentu sehingga menjadikan siswa tidak bebas untuk berkreasi dan berimajinasi. Selain itu, keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari strimulus dan respons yang diberikan akan tetapi juga ada hal penting yaitu pemberian hukuman yang diberikan kepada siswa yang bersalah sehingga diharpkan tingkah lakunya akan berubah.

Di indonesia model pembeljaran ini masih dominan baik di Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, bahkan sampai Perguruan tinggi. Hal ini nampak dari cara guru mengajar di kelas yang masih menenapkan sistem DDCH(datang, duduk, catat, dan hafal), bersifat otoriter terhadap muridnya, pemberian hukuman jika bersalah, dan lain-lain.

Hal ini sungguh memprihatinkan karena adakalaya pemberian hukuman tidak memberikan efek jera akan tetapi malah justru membuat siswa menjadi tertekan dan pada akhirnya bisa memberontak. Hal ini mulai disadari oleh pada para pelaku pendidikan sehingga seiring dengan perkembangan zaman perkembangan teori ini mulai tergeserkan diganti dengan model pembelajran baru yang dianggap lebih efektif dan efisien misalnya model pembelajaran Active Leraning yang lebih menekankan siswa untuk aktif dalam mengembangkan potensinya. Jadi kalaupun model pembelajaran ini masih diterapkan dalam proses pendidikan kita sudah mulai diinovasi tidak seperti dulu lagi yang masih sangat kental dengan otoriter dan menuntut siswa untuk patuh terhadap gurunya. Sekarang sudah mampu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berpikir kreatif dan mengembangkan potensinya.

b.    Teori Kognitivisme

Pada hekekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik serta proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional anak. Teori ini merupakan bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model persptual, yaitu untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap sesuatu obyek.

Pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung berorientasi pada intelektual, artinya semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya. Teori kognitif berbeda dengan teori behavioristik karena teori ini lebih menekankan pada bagaimana informasi diproses dan menghasilkan sebuah informasi sedangkan behavioristik lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang dating terhadap dirinya.

Kebaikan dari teori ini adalah dimana teori ini lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri, jadi apabila diterapkan dalam proses pembalajaran yang sesungguhnya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap perkembangan dan kemampuan muridnya dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan, hal ini dimaksudkan agar  pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

c.    Pergeseran Teori Konstuktivisme

Pada teori konstruktivisme lebih menekankan pada pengembangana potensi siswa, dimana guru hanya sebagai fasilitator saja sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu memberikan pengalaman nyata pada siswa. Setelah itu diharapkan siswa dapat benar-benar memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Semua fasilitas dan suasana didesain senyaman mungkin agar pembelajaran terasa menyenangkan. Di dalam pembelajaran ini guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat/ mengungkapkan gagasanya. Jadi disini proses pembelajaran bersifat demokratis. Guru dituntut untuk tidak otoriter terhadap siswanya.

Sebenarnya model pembelajaran ini sangat bagus karena menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran bukan sebagai objek. Selain itu juga melatih siswa untuk berpikir kreatif/ berfikir tingkat tinggi dimana bukan sekedar mengerti, paham, dan hafal saja akan tetapi juga berfikir bagaimana cara menciptakan sesuatu yang baru atau menginovasi apa yang sudah ada dari apa yang telah disampaikan guru.

Sayangnya jika teori ini diterapkan secara murni siswa yang berkemampuan kurang/ tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya.

Seiring dengan perkembangan zaman, dalam proses pelaksanaanya teori konstruktivisme mengalami pergeseran dimana menglami kemajuan karena dibantu dengan perkembangan teknologi. Sebagai contoh dengan adanya internet akan memudahkan siswa dalan mengakses segala informasi yang dibutuhkan sehingga diharapkan siswa yang pandai memnfaatkan waktu akan semakin menguasi apa yang disampaikan oleh gurunya dan mampu memberikan inspirasi kepada siswa uantuk berfikir kreatif.

d.    Pergeseran Teori Humanistik

Tujuan belajar dari teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa dapat memahami dirinya sendiri dan dapat memahami lingkungannya. Pada teori konstruktivisme guru adalah sebagai fasilitator, begitu pula pada teori humanistik, guru juga sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi agar siswa dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tujuan teori ini adalah mengharapkan terciptanya manusia yang ideal. Untuk itu, motivasi dan pengalaman emosional sangant penting dalam peristiwa belajar.

Guru sebagai fasilatator harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar siswa memiliki kebebasan untuk beraktualisasi, berpikir alternative dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip.

Teori humanistik bersifat ideal yaitu memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen pembelajaran, dalam prosesnya semua sarana prasarana dapat digunakan asalkan dapat memanusiakan manusia. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir induktif yaitu mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme hampir sama dengan teori humanistik, sedangkan pergeserannya adalah pada teori humanistik lebih mementingkanterciptanya manusia yang ideal.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Di era sekarang ini ada beberapa teori pembelajaran yang dipakai sebagai panduan oleh guru untuk mengajar peserta didiknya, misalnya teori behavioristik, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori humanistic. Teori-teori tersebut sudah digunakan di masa lalu, namun sampai saat ini dan akan datang teori tersebut masih digunakan dan terus diperbaharui lagi. Oleh karena itu dalam makalah ini, akan membahas lebih rinci tentang teori-teori pembelajaran tersebut.

B.    RUMUSAN MASALAH

a.    Apakah pengertian dari teori behavioristik, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanistic?

b.    Bagaimana analisis dari masing-masing teori tersebut?

c.    Mengapa terjadi pergeseran antar teori-teori tersebut?

C.    TUJUAN

Pembaca mengerti dan memahami berbagai teori belajar dan pembelajaran serta mampu menganalisis teori-teori pembelajaran. Selain itu pembaca juga mengetaui bagaimana pergeseran antar teori-teori tersebut.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam makalah ini, penulis membagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pendahuluan berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan. Pembahasan merupakan inti atau isi dari makalah. Penutup berisi kesimpulan dan saran.



BAB III
PENUTUP

a.    Kesimpulan

Masing-masing teori pembelajaran pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada teori yang benar-benar sempurna; yaitu tidak ada yang paling baik maupun paling jelek,  semuanya saling berkaitan.

b.    Saran

Untuk pembelajaran, sebaiknya tidak hanya memakai satu teori saja. Teori-teori tersebut perlu dikombinasikan dan diperbaharui oleh para guru atau pendidik agar berjalan seimbang dan mampu menciptakan inovasi pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA


    Saekhan Muchith.2008.Pembelajaran Kontekstual.Semarang:Rasail
    Alex Sobur.2003.Psikologi Umum.Bandung:Pustaka Setia
    http//www.wikipedia.com 

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Pembelajaran Penawaran

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

                                                               Pembelajaran Penawaran

Begitu banyak metode dan inovasi dalam mendidik siswa saat ini sehingga bingung mau menggunakan metode yang mana. Walaupun bingung kita tetap harus focus dalam mendidik dan menggunakan metode yang tepat. Salah satu metode yang patut untuk dicoba adalah metode pembelajaran penawaran. Pembelajaran penawaran menerapkan system penawaran kepada siswa, yaitu menawarkan pelajaran apa yang ingin dipelajari hari ini. Pelajaran yang ditawarkan kepada siswa tentu tidak asal-asalan karena harus berdasarkan silabus dan tidak semua bab langsung ditawarkan kepada siswa. Karena dapat menimbulkan keributan dan kebingungan jika semua bab ditawarkan kepada siswa, maka dalam sekali pertemuan taruhlah dua atau tiga bab yang ditawarkan sehingga siswa tidak bingung memilih dan mudah dalam menentukan pilihan.

Penawaran dilakukan dengan system voting, materi yang paling banyak dipilih oleh siswalah yang akan lebih dahulu dipelajari. System voting lebih efektif dalam menentukan pilihan karena sebanyak apapun siswa pasti terlihat hasilnya. Paling tidak terdapat resiko terjadi pilihan yang sama banyak atau seri. Apabila  terjadi hal semacam ini barulah guru yang memutuskan akan mengajarkan materi apa.

Keributan yang mungkin terjadi yaitu perbedaan pendapat antar siswa yang mungkin berlanjut dengan perang mulut dan suasana tidak terkendali. Guru harus mempersiapkan cara meredam amarah siswa dan menguasai keadaan kelas. Oleh karena itu guru harus berkarakter kuat dan cerdas.

Metode penawaran ini berdampak baik kepada siswa, karena dengan menawarkan beberapa materi siswa dapat memilih materi mana yang ingin segera dipelajari. Dengan begitu timbul rasa ingin tahu dan semangat belajar dalam diri siswa yang berefek baik bagi perkembangan otak karena siswa tidak merasa tertekan dalam mempelajari sesuatu dan dapat berfikir lebih baik. Sehingga otak berkembang dengan baik dan dapat mengembangkan potensi lebih optimal.

Metode ini berjalan baik pada materi-materi pelajaran tertentu yang dapat dipelajari secara tidak urut. Misalnya pada pelajaran IPA, guru dapat menawarkan materi pencerminan, perpindahan kalor dan cepat rambat bunyi kemudian diadakan pemilihan terhadap tiga materi tersebut.

Metode pembelajaran panawaran dapat digunakan kapan saja, dimana saja dan oleh siapapun. Di TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi bahkan pada Seminar pun dapat menggunakan metode ini.

Ada istilah guru lebih unggul satu malam dari muridnya. Mungkin istilah ini benar untuk guru baru yang masih belum percaya pada kemampuannya. Oleh karena itu, apabila guru akan menerapkan metode ini harus sudah memahami materi yang akan diajarkan yang sudah pasti lebih banyak dari biasanya karena guru harus menawarkan beberapa materi kepada siswa. Berbeda halnya dengan guru yang sudah berpengalaman, bagai burung yang sudah faseh berkicau, menerangkan materi apapun lancar bagai jalan tol.

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

REPOSISI TEORI OTAK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan manusia yang diciptakan secara unik dan sempurna. Hal tersebut dapat dibuktikan dari desain manusia yang paling menarik dibandingkan makhluk lain. Manusia memililki akal pikiran sebagai aktivitas fungsi otak yang terstruktur secara bervariasi dan mempengaruhi bakat seseorang. Otak manusia dapat berfungsi sebagai pertahanan dengan usaha yang disebut belajar melalui perantara otak yang dimilikinya. Belajar dapat menghasilkan output optimal apabila pendidik dan pembelajar dapat berinteraksi dengan kompak. Pendidik memiliki peran penting untuk membentuk dan mengarahkan para pembelajar menjadi sosok ahli. Pembelajar yang  memiliki keunikan tersendiri menuntut pendidik untuk mampu memahami dan menghormati keunikan tersebut dengan gaya belajar mereka yang berbeda.
    Pada faktanya, masih banyak pendidik yang hanya asal mengajar sesuai dengan keinginannya. Sehingga cenderung diktator yang justru dapat membuat pembelajar ketakutan dan tidak mampu mencapai perkembangannya secara optimal. Untuk itulah selayaknya pendidik bukan sekedar mengajar tapi juga mampu memahami keadaan dan kebutuhan peserta didik.

B.    Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana tiga tingkatan otak dan keberbakatan yang dimiliki setiap individu.
2.    Bagaimana merangsang otak untuk belajar dan mengaktifkannya dalam pembelajaran.
3.    Apakah yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan sesosok pembelajar.
4.    Bagaimana cara menghargai keunikan otak setiap individu dan pengayaan otaknya.
5.    Bagaimana menciptakan pembelajaran yang berbasis kemampuan otak.

C.   Prosedur Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam makalah ini menggunakan prosedur sebagai berikut: mengumpulkan data tertulis dari sumber-sumber baik dari buku maupun website, dan pendapat para tokoh untuk menjawab rumusan masalah.

D.  Tujuan
Adapun kami dalam menulis makalah ini mempunyai tujuan agar bisa memberikan pengetahuan bagi pembacanya tentang keunikan otak setiap individu dan pengaruhnya dalam pembelajan dan mengotimalkan kerja otak unruk belajar.
E.  Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, tujuan dan sistematika uraian. Kedua, isi atau kajian teori dan pembahasan. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.dan menyimpulkan data.


  
BAB II
PEMBAHASAN

REPOSISI TEORI OTAK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

A.    TIGA TINGKATAN OTAK DAN KEBERBAKATAN

Tiga Tingkatan Otak
Teori otak triune, berarti “ three in one” (Dave Meier, 2002: 83). Menurut teori otak ini, otak manusia di bagi menjadi 3 yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neikorteks. Ketiga bagian otak ini tergambar di bawah ini:


untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

MENJADIKAN ANAK BERPIKIR KREATIF

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

                                               MENJADIKAN ANAK BERPIKIR KREATIF

Makna kata berpikir kreatif sesungguhnya berkisar pada persoalan menghasilkan sesuatu yang baru dari hasil berpikirnya. Suatu ide atau gagasan tentu lahir dari proses berpikir yang melibatkan empat unsur berpikir: alat indera; fakta; informasi; dan otak. Arti kata berpikir kreatif di sini harus diarahkan pada proses dan hasil yang positif, tentu untuk kebaikan bukan untuk keburukan. Berpikir kreatif juga perlu dibenturkan dengan kesesuaian, konteks dengan tema persoalan, nilai pemecahan masalah, serta bobot dan tanggung jawab yang menyertainya. Dengan demikian, tidak setiap kebaruan hasil karya dapat dengan serta-merta disebut kreatif. Yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah landasan konseptual yang menyertai karya tersebut.

Berpikir kreatif yang tampak pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berpikir kreatif merupakan sifat yang komplikatif; seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas. Pada dasarnya anak-anak yang berpikir kreatif bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada anak yang berpikir kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3) tertarik pada hal-hal ; faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Dengan demikian, peran pendidik sebenarnya lebih pada mengembangkan anak untuk berpikir kreatif. Ada empat Cara Mengembangkan Anak untuk berpikir kreatif

a.    Membangun kepribadian
Pendidik dapat membangun kepribadian baik pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang kreatif. Pendidik yang paham akan senantiasa menstimulasi/merangsang aktivitas berpikir dan bersikap anak. Menstimulasi aktivitas berpikir dilakukan dengan cara menstimulasi unsur-unsur/komponen berfikir (indera, fakta, informasi dan otak). Aktivitas bersikap adalah aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (beragama, mempertahankan diri dan melestarikan jenis).

Pendidik dapat menstimulasi alat indera anak dengan cara melatih semua alat indera sedini mungkin. Pendidik senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada anak di mana saja mereka berada. Jadi dapat dikatakan kepribadian menentukan potensi berpikir yang kreatif yang lebih besar.

b. Menumbuhkembangkan motivasi


untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^

Resume tentang Otak

untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

                                                   Resume tentang Otak

Otak merupakan pusat sitem saraf. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga seratus milyar neuron.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
Manusia sebenarnya memiliki jumlah sel otak yang sama dengan Albert Einsten, Thomas Alfa Edison bahkan teman kita yang pintar dan selalu menjadi juara umum, hanya saja ouputnya berbeda, hal itu dikarenakan pendayagunaannya yang berbeda.
Otak manusia memiliki jutaan sel saraf yang disebut neuron yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain di sepanjang cabang-cabang yang disebut dendrit. Kunci penghubung antara dendrit-dendrit adalah suatu zat yang disebut myelin. Ketika kamu menerima informasi maka myelin akan terbentuk sehingga dendrit terhubung. Proses inilah disebut penerimaan dan penyimpanan informasi. Pada tahap awal untuk membuat myelin yang pertama dibutuhkan adalah energi yang besar. Itulah sebabnya seorang yang jarang berfikir secara otomatis akan memiliki daya ingat yang rendah karena energi yang rendah.


untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

Metode Bimbingan dan Konseling

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

                                             Metode Bimbingan dan Konseling

Metode bimbingan dan konseling yang dimaksud disini adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Implementasi dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu metode bimbingan kelompok dan metode bimbingan individual. Metode bimbingan kelompok juga dikenal dengan bimbingan kelompok (group guidance), sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan individual konseling.
A.    Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok.  Segala masalah yang bisa dipecahkan bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat perorangan yaitu masalah yang dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu (anggota kelompok) yang mengalami masalah dengan menempatkannya dalam kehidupan suatu kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah program home room, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosio drama, psikodrama, dan pengajaran remedial.

1.    Program Home Room
Program home room dilakukan di sekolah dan madrasah (di dalam kelas) di luar jam pelajaran untuk membicarakan hal-hal yang dianggap penting dan perlu. Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah. Guru dan siswa dapat berkomunikasi seperti di rumah sehingga terjalin keakraban.
Program ini bertujuan agar guru dapat mengenal lebih dekat siswanya sehingga dapat membantu secara efisien. Dalam praktiknya, guru mengadakan Tanya jawab dengan para siswa, menampung pendapat, dan merencanakan suatu kegiatan.

2.    Karyawisata
Dalam karyawisata para siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok tergantung dari jumlah siswa dan kebijaksanaan guru. Namun, dalam membentuk kelompok jangan terlalu banyak dan sedikit. Setelah itu siswa dapat mengunjungi tempat-tempat atau objek-objek tertentu yang menarik dan mereka dapat memperoleh informasi yang lebih baik tentang suatu objek. Dalam hal ini misalnya siswa mengunjungi objek wisata Candi Borobudur. Mungkin siswa tidak mendapat informasi yang utuh tentang suatu objek hanya dengan diterangkan oleh gurunya.
Kemudian siswa mengerjakan tugasnya dan setelah selesai siswa dapat melakukan diskusi baik antar anggota kelompok maupun antar kelompok lain. Melalui kegiatan seperti ini, para siswa akan memperoleh penyesuaian dalam berkelompok misalnya dalam hal berorganisasi, kerja sama, rasa tanggung jawab, dan percaya pada diri sendiri. Bekerja sama dalam kelompok juga diharapkan dapat mengatasi masalah siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerja sama.

3.    Diskusi Kelompok

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

Kamis, 05 April 2012

KASUS KENAKALAN SISWA

 untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

                                KASUS KENAKALAN SISWA


A.    Pengertian Kenakalan
Kenakalan anak menurut sebahagian para ahli merupakan kegagalan memperoleh respon yang dapat diterima oleh masyarakat atau kegagalan memperoleh pembenaran moral dan etis yang sesuai dengan budaya masyarakat. Dan sebab-sebab kegagalan tersebut bersumber dari problem perkembangan.
B.    Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa
1.    Faktor anak didik; psikologi anak yang menghadapi proses super – ego anak kearah sosialisasi yang tepat dan memadai mungkin juga disebabkan tidak mampu menyesuaikan diri dengan standar prilaku yang umum di masyarakat sekitarnya.
2.    Faktor sekolah; di tempat inilah anak didik berinteraksi dengan teman sebaya dan pendidik. Terkadang siswa merasa iri dengan temannya apabila mendapatkan nilai bagus sehingga menyebabkan siswa melakukan kecurangan kepada temannya.
3.    Faktor keluarga; orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing membuat siswa kurang diperhatikan, pengasuhannya tidak terkontrol dan kurang pengawasan.
4.    Faktor masyarakat sekitar; kenakalan anak diukur dengan standar nilai dan norma-norma sosial. Mungkin satu bentuk prilaku siswa dilingkungan masyarakat tidak sesuai dengan tolak ukur dari kebudayaan atau tradisi yang berlaku, maka bentuk-bentuk prilaku tersebut di pandang sebagai kenakalan.
C.    Cara Mengenali Kenakalan Anak Didik
Dalam membahas anak berprilaku nakal. Akan di batasi pada tiga jenis prilaku bermasalah yaitu
Selain indikator gejala kesulitan belajar di atas ada satu gejala yang di tunjukkan anak didik adalah menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang mengalami hambatan, gangguan belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati orang lain. Maka pihak guru atau pembimbing cepat memberi perhatian kepada anak didik tersebut dengan cara mengadakan penyelidikan tentang kesulitan belajarnya.

D.    Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
a.    Pengumpulan Data

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

Langkah-langkah Bimbingan Konseling

 download lengkap versi .docx

Langkah-langkah Bimbingan Konseling
Dalam pemberian bimbingan di kenal adanya langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Langkah identifikasi masalah
Dalam langkah ini pembimbing mencatat masalah-masalah yang perlu mendapat bimbingan dan memilih masalah mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
b.    Pengumpulan data
Mengumpulkan data siswa yang bersangkutan secara menyeluruh yang meliputi: data diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
c.    Analisis data
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Dari hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif.
d.    Langkah diagnosa
Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya..
e.    Langkah Prognosa
Langkah ini merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk menangani masalah.
f.    Langkah terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang di tetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
g.    Langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini di maksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya.

    Nama        :  Arjun
    Umur/ kelamin    :  14 tahun/ laki-laki
    Kelas        :  VI
    Masalah        : Guru kelasnya melaporkan bahwa Arjun sebagai anak yang kurang dikelasnya. Tidak pernah mau mencatat pelajaran, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Sering tidak masuk kelas. Selalu murung, tidak mau bermain dengan kawan-kawannya. Mudah tersinggung. Angka raportnya menurun dibandingkan angka-angka yang di capai sebelumnya.
    Kemajuan akademis    :

untuk lebih lengkapnya download di sini

tunggu 5 detik klik "skip ad" di pojok kanan atas ^_^

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes