untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^
Konsep Evaluasi Pembelajaran
Arikunto menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Sedangkan Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pengukuran adalah pemerolehan data individu secara numeric sehingga dapat menentukan kedudukan seseorang berdasar ciri–ciri tertentu yang akan diukur. Sedangkan penilaian merupakan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif (Suharsimi Arikunto, 1990 : 3). Groundlund (1985 : 1) menyatakan many of the instructional decisions a teacher makes depend on informal classroom observation. Pandangan ini menunjukan bahwa keputusan–keputusan pembelajaran yang dilakukan guru tergantung pada informasi informal pengamatan kelas, artinya guru memutuskan bagaimana pembelajaran dilaksanakan, pemilihan strategi, metode ditentukan sejauh mana guru memperoleh informasi berdasar pengamatannya di kelas. Untuk memperoleh informasi lengkap guru memerlukan berbagai kegiatan, salah satunya adalah evaluasi. Evaluasi memberikan banyak informasi, antara lain; kemampuan awal, kebutuhan, dan tingkat perkembangan belajar murid. Dengan dilakukan evaluasi kita dapat mendeskripsikan kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar di kelas, menentukan tindak lanjut hasil penilaian serta memberikan pertanggung jawaban.
Macam–macam Evaluasi antara lain; evaluasi formatif, sumatif, diagnostik. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Hasil dari dari evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum yang akan digunakan sebagai pedoman pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi kurikulum dalam pembelajaran akan dapat diketahui efektivitasnya, jika kita mengadakan evaluasi. Evaluasi dapat meliputi keseluruhan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, atau sekolah atau kelas atau mata pelajaran. Untuk itu evaluasi harus otentik. Evaluasi dikatakan otentik apabila perencanaan, komprehensif, penyusunan, pelaksanaan, pensekoran dan interpretasi evaluasi benar – benar kondisi asli. Evaluasi tidak kena bias atau penyimpangan, misalnya : evaluasi sengaja dibuat mudah, pelaksanaan memungkinkan individu tidak bekerja dengan kemampuannya, pensekoran tidak ditambah atau dikurangi, tidak terbias hubungan saudara, keadaan individu memang dalam keadaan siapa melaksanakan evaluasi.
Di sekolah dasar digunakan skala sebelas, yaitu : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, namu pada kenyataannya angka–angka yang digunakan sebagai simbol nilai hanya 6, 7, 8 sebgai simbol dominan dan 4, 5, 9 sangat jarang, dan 0, 1, 2, 3, 10 tidak pernah digunakan. Hal tersebut dengan pertimbangan administratif managerial dibanding pertimbangan penilaian pendidikan yang sebernarnya. Penggunaan skala yang tidak seragam menyebabkan rancunya informasi bagi guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian perlu adanya penggunaan skala yang dilakukan secara konsekuen untuk penilaian, jika penilaian akan digunakan dengan pengangkaan (kuantifikasi nilai), sehingga kita dapat mengartikan angka-angka yang digunakan menjadi bermakna.
untuk lebih lengkapnya download di sini
tunggu 5 detik klik "SKIP AD" di pojok kanan atas ^_^
0 komentar:
Posting Komentar