Stand Up Comedy adalah sebuah genre komedi yang dibawakan sendiri oleh comic
(para stand up comedian) berisikan cerita lucu yang sudah diamati.
Stand Up Comedy sendiri berasal dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Sedangkan di Indonesia Stand Up Comedy telah sukses dibawakan oleh
comic-comic dari Indonesia seperti Butet Kartarajasa, Taufik Savalas (Alm), Pandji Pragiwaksono, Iwel Wel, dan sebagainya. Permainan logika dan kritik yang dibuat humor mendominasi materi Stand Up Comedy, dengan teknik penyampaian antara lain: Impersonifikasi (menirukan gaya orang lain), act out (menggayakan secara fisik cerita yang sedang dibawakan), call back (pengulangan punchline) dan lain sebagainya. Lalu bagaimana menjadi seorang comic yang sukses saat membawakan Stand Up Comedy di panggung?:
1. Melawan Demam Panggung. Menjadi lucu di antara
teman-teman hanya memerlukan bakat jenaka. Tapi melucu di hadapan
orang-orang tak dikenal memerlukan mental yang kuat untuk melawan demam
panggung yang acap mengganggu konsentrasi. Anggap saja Anda adalah orang
ternama dan mereka yang menonton adalah penggemar Anda. Dengan begitu,
setidaknya Anda bisa lebih santai.
2. Menyiapkan Materi Yang Matang. Anda memiliki
bakat melucu yang spontan. Tapi tetap saja, bakat ini dapat meredup
seketika ketika Anda dituntut melucu dalam suatu batas waktu. Target
tiap satu menit berbicara, rata-rata harus menghasilkan 4-5 tawa
penonton. Tanpa didukung materi dan persiapan, apakah Anda yakin bisa
lolos dari cercaan penonton yang mengatakan bahwa Anda tidak lucu?
4. Memainkan Intonasi Secara Tepat. Tidak munbkin kita mengundang tawa penonton untuk setiap kata yang keluar dari mulut kita. Dan tidak mungkin juga kita langsung mengucapkan point lawakan utama tanpa ada penyampaiannya. Dibutuhkan intonasi dalam memainkan kata dan kalimat agar tersambung sempurna serta terserap penontont sesuai dengan apa yang memang kita rencanakan. Permainan mimic, bahasa tubuh hingga property pendukung diperlukan untuk membuat sukses hal ini.
5. Menjadi Berbeda. Yang paling bahaya ketika kita berbicara referensi yang rata-rata berasal dari profil kegemaran kita adalah saat kita meniru habis-habisan orang itu. Perlu diingat, penonton bisa merasa bosan. Pertunjukkan yang berbeda serta berbobot adalah modal kita untuk dapat diminati oleh penonton di tiap waktunya.
6. Hindari Sarkasme. Terlalu biasa pada jati diri lawakan d Indonesia untuk bertindak sarkasme atau kasar (sebagai contoh negatif adalah kasus Olga Syahputra-RED). Biasanya akan menjadi sebuah lelucon yang memancing pingkal tawa penonton secara spontan. Tapi, permasalahannya adalah , penonton tak hanya muncul dari kaum dewasa, tapi juga usia remaja hingga anak-anak. Sarkasme boleh saja, tapi mungkin harus dikemas dengan sesuatu penyampaian yang lebih cerdas.
7. Interaksi Dengan Penonton. Perlu ditegaskan bahwa kita berbicara di panggung tak sekedar monolog absolut. Tapia da sebuah interaksi emosi dengan penonton. Dan inilah kunci keberhasilan untuk menimbulkan kesan dari materi kita. Coba lihat reaksi penonton, jika terjadi salah penyampaian yang akhirnya menyebabkan lawakan menjadi tidak lucu, coba bangun interaksi lagi agar konsentrasi penonton dapat kembali sehingga pesan kita tersampaikan dengan sempurna.
8. Berdoa. Naungan Tuhan adalah mutlak.Sebelum tampil, cobalah berdoa sejenak agar kita terhindar dari hal-hal yang dapat menggagalkan pertunjukkan kita.
Sumber : iniopiniku.com
0 komentar:
Posting Komentar